Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sains: dari Fiksi ke Non-Fiksi

28 Maret 2010   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari mekanika Newton sampai listrik, fisika menyumbang banyak pada kemaslahatan manusia. Pendaratan di bulan, pesawat terbang, mobil, listrik, komputer, sampai energi nuklir tidak bakal muncul dari teori sains yang tidak teruji secara ketat.

Cabang biologi menyumbang teori evolusi Darwin dan DNA sehingga ilmu kedokteran berkembang pesat. Gabungan ilmu kimia dan biologi melahirkan Teori Gaia untuk membantu menjelaskan problematika lingkungan pada aras planet. Cabang genetika sel menyumbang teori asal-usul perbedaan kelamin bahkan membuka kemungkinan munculnya jenis kelamin baru.

Teori relativitas dan mekanika kuantum menghantarkan sifat bintang-bintang di langit ke haribaan manusia. Fiksi masa lampau menjadi nyata dengan terwujudnya impian Kepler dalam Somnium tahun 1969, ketika manusia pertama mendarat di Bulan.

…kembali ke fiksi?
Akan tetapi, di pada abad ke-20, sains mulai menyodorkan gagasan yang fantastik. Ada teori Superstring yang baru bisa diuji dalam akselerator partikel sepanjang 1.000 tahun cahaya. Darwinisme memroklamasikan berlakunya seleksi alam sebagai kaidah evolusi di alam semesta, padahal manusia baru memastikan satu bentuk kehidupan saja di alam semesta. Chaoplexity (chaos dan complexity) mengobral istilah efek kupu-kupu, fraktal, kehidupan buatan, dan self-organizing tetapi tidak pernah bisa menjelaskan secara tegas perilaku alam.

Pada sisi lain, manusia secara sadar membatasi penerapan teori sains dalam kehidupan sehari-hari seperti rekayasa genetika atau pengembangan teknologi nuklir dengan pertimbangan politik, ekonomi, sosial, bahkan budaya. Pendek kata, perkembangan sains modern tidak saja terbentur pada masalah metode pengujian, melainkan hambatan dari manusia itu sendiri yang terus menguat.

Gambaran sains pun kini mirip dengan kondisi pra-newton. Kaidah fisika dasar diganggu oleh kisah perjalanan waktu. Ketentuan maksimal kecepatan partikel di alam semesta ditembus oleh kecepatan warp dalam Star Trek.

Fisika pun kelabakan menguji eksistensi telekinesis, roh, dan UFO. Fisikawan Niels Bohr malah menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang ditemukan oleh mekanika kuantum sebenarnya sudah disampaikan 2.000 tahun yang silam dalam Buddhisme.

Apakah perjalanan revolusi sains sudah selesai pada abad ke-21? Apakah peradaban manusia akan kembali dililit oleh hipotesa-hipotesa yang tidak bisa diuji secara empirik? Apakah sains sudah mencapai ne plus ultra (batas tertinggi)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun