Selama ini prakiraan iklim paling banter akurat sejauh sebulan dari peristiwa. Akan tetapi sekelompok peneliti mancanegara memperkenalkan metode peramalan iklim baru yang memungkinkan prediksi jangka panjang. Mereka menggunakan metode ini untuk memprediksi El Niño mulai akhir 2014.
Prakiraan mereka telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences Januari 2014. Sebelum dipublikasikan, model ini memperkirakan dengan jitu ketidakhadiran El Niño pada 2012 dan 2013. Ada pun peluang kedatangan El Niño edisi 2015 mencapai 75 persen.
El Niño adalah penyimpangan iklim dari kelaziman. Penyimpangan iklim mengubah pula pola cuaca atau "salah mangsa" (bahasa Jawa). Hujan atau kemarau meleset waktu atau tempat sekaligus. Australia akan mengalami kemarau terpanas dan terpanjang. Amerika Selatan akan menerima hujan lebih melimpah dari biasanya.
Semua itu disebabkan suhu Samudera Pasifik lebih hangat dari biasanya. Seiring dengan perubahan iklim akibat pemanasan global, mereka memperkirakan El Niño 2015 akan membukukan suhu tertinggi sepanjang sejarah. Apabila prediksi ini akurat, manusia punya kesempatan untuk menyiapkan diri lebih panjang menjelang peristiwa itu terjadi.
Meramal iklim secara jitu pada jangka panjang (setahun) selama ini dianggap musykil. Cuaca adalah hasil tarik-ulur berbagai besaran alami. Bisa jadi beberapa saat sebelum terjadi, ada perubahan mendadak pada salah satu atau beberapa besaran sehingga memberi hasil akhir yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H