Kemampuan berpikir kritis yang rendah pada peserta didik di Indonesia menjadi masalah yang penting dan harus segera diatasi. Hal ini karena kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki peserta didik dalam menghadapi pesatnya perubahan  di era global, baik saat ini maupun kelak saat mereka dewasa. Kemampuan berpikir kritis dapat membantu peserta didik untuk beradaptasi pada perkembangan jaman di era digital yang sangat pesat ini. Dengan banyaknya inovasi dan informasi baru, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Kemampuan berpikir kritis juga akan berdampak pada perkembangan kognitif dan kemampuan adaptasi peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah. Potter (2010) menyatakan beberapa alasan pentingnya kemampuan berpikir kritis dimiliki oleh peserta didik adalah:
1. Adanya ledakan informasi.
Saat ini terjadi ledakan informasi yang datangnya dari puluhan ribu web mesin pencari di intrnet. Informasi dari berbagai sumber tersebut bisa jadi banyak yang ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak kredibel. Untuk dapat menggunakan informasi ini dengan baik, perlu dilakukan evaluasi terhadap data dan sumber informasi tersebut. Kemampuan untuk mengevalusi dan kemudian memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu, maka keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan pada setiap peserta didik.
2. Â Adanya tantangan global.
Saat ini terjadi krisis global yang serius, terjadi kemiskinan dan kelaparan di mana-mana. Untuk mengatasi kondisi yang krisis ini diperlukan penelitian dan pengembangan keterampilan-keterampilan berpikir kritis.
3. Â Adanya perbedaan pengetahan.
Sejauh ini mayoritas orang di bawah 25 tahun sudah bisa meng- online-kan berita mereka. Beberapa informasi yang tidak dapat diandalkan dan bahkan mungkin sengaja menyesatkan, termuat di internet. Supaya peserta didik tidak tersesat dalam mengambil informasi yang tersedia begitu banyak, maka perlu dilakukan antisipasi. Peserta didik perlu dilatih untuk mengevaluasi keandalan sumber web sehingga tidak akan menjadi korban informasi yang salah atau bias (Linda & Lestari, 2019). Â
Selain itu, alasan lain pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik adalah terkait dengan tuntunan dunia kerja saat ini yang sangat menghargai individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Banyak pekerjaan membutuhkan kemempuan berpikir kritis untuk memecahkan masalah-masalah kompleks, beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat dan mengambil keputusan yang cepat. Dalam konteks ini peserta didik yang mampu berpikir kritis memiliki keunggulan kompetitif dalam menghadapi tantangan yang dihadapi di tempat kerja.
Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi peserta didik,dalam era digital abad 21 maka perlu adanya upaya pendidik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Salah satunya adalah dengan model  pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered learning). Menurut Arif Mu'amar Wahid dalam artikel LP3M UAP pada tanggal 5 Januari 2022 disebutkan bahwa student centered learning yang dapat dignakan pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik antara lain  Small Group Discussion ,  Simulation and Demontration,  Case Study,  Discovery learning (DL),  Self Directed Learning (SDL),  Cooperative Learning (CL),  Collaborative Learning (CbL),  Contextual Instruction (CI),  Project Based Learning (PjBL),  Problem Based Learning dan  Inquiry. Selain itu ada juga model Flipped Classroom, Blanded Learning, Games Based Learning dan SOLE (Self Organized Learning Environments) yang menggabungkan pembelajaran langsung (syncronus) dengan pembelajaran tidak langsung (asyncronus).
Adapun aktivitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan perkikir kritis peserta didik antara lain: (1) Mengajukan pertanyaan dan menyampaikan argument, (2) Menjawab soal tes yang berbentuk uraian analisis; (3) Mengungkapkan permasalahan pokok dari fenomena yang dipelajari atau sedang terjadi; (4) Â Mengungkapkan fakta dari masalah atau fenomena yang terjadi; (5) Membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari atau fenomena yang terjadi; serta (6) Membuat sebuah keputusan dari permasalahan yang dihadapi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok, debat, analisis kasus, penelitian mandiri maupun kelompok, analisis teks media, simulasi dan permainan peran, proyek berbasis masalah, menulis argument serta pemberian kritik dan umpan balik.
 Referensi: