Mohon tunggu...
Rahma Yuli
Rahma Yuli Mohon Tunggu... profesional -

Saya orang Padang yang lagi merantau di Yogyakarta(Sudah budaya orang Padang pergi merantau,hehehe)..Sekarang masih kuliah di jurusan Analis Kesehatan..Semoga Bisa Menjadi Analis Kesehatan yang profesional,amiin..Hobi saya Jalan-jalan so Merantau pilihan yang tepat karena bisa mengunjungi tempat-tempat baru.Tapi kalau merantau harus lama jadi rindu kampung halaman.^^ http://n1nt1.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Sih Gak Boleh Pake Jilbab saat Bekerja??

2 Mei 2011   22:16 Diperbarui: 4 April 2017   17:32 3859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kamis minggu lalu aku dan teman-teman satu jurusan dapat informasi dari pihak kampus bahwa hari senin(kemare) ada sosialisasi lowongan kerjadari rumah sakit yang beradadi satu kawasan perumahan elit Jakarta. Selain sosilisasi juga akan langsung diadakan tes tertulis untuk menjadi pegawai dirumah sakit tersebut yaitu sebagai teknisi laboratorium. Jurusan yang kita tekuni “Analis Kesehatan” calon teknisi/petugas laboratorium walaupun wisudanya masih beberapa bulan lagi tapi sudah ada beberapa rumah sakit yang melalukan perekrutan pegawai dari kampus.

Mendengar nama rumah sakit itu, kebayang akan dapat penghasilan yang lumayan besar perbulan (menghayaal). Secara gitu,,,,,rumah sakitnya kanberada diperumahan elit yang sangat terkenal,hehehe. Menurut informasi dari pihak kampusrumah sakit ingin merekrut banyak orang darikampus kita jadi kemungkinan untuk diterima besar. Pengen nyoba-nyoba peruntungan makanya, memutusin untuk datang. Selesai PKL dari rumah sakit Dr. Sarjidto, aku dan teman-teman satu kelas berangkat ke kampus pusat, acaranya diadain di sana. Teman-teman yang dapat sift malam bela-belain minta izin gak masuk hari itu padahal PKL di Rumah sakit itu baru hari pertama. Baru keluar rumah sakit gerimis turun, karena sakingsemangatnya hujan gak jadi halangan, motor terus di pacu biar cepat sampai tujuan.

Harapan tidak sama dengan kenyataan.

Baru saja datang kita disambut dengan ceramahan yang tidak mengenakkan pembicara dari pihak rumah sakit itu. Kurang lebihnya seperti ini:

“Mbak-mbak dan mas-mas Kami datang kesini bukan untuk main kami disini mencari orang-orang yang serius mau bekerja dirumah sakit kami kalau hanya untuk coba-coba lebih baik tidak usah ikut saja.Jika seandainya diterima bekerja ditempat kami kurang dari satu tahun sudah mengundurkan diri akan kami akan meminta ganti rugi karena untuk mengadakan perekrutan pegawai juga butuh biaya ”

Sampai disitu aku masih maklum. Sudah budaya dari teman-teman asal Jogja biasanya gak terlalu berminat untukbekerjadi luar Jogja. Jadi kalau ada sosialisasi lowongan kerja, mereka datang tapi hanya ingin dapat informasi aja, jika ada rekruitmen langsung dan mereka keterima biasanya jadi pilihan terakhir sedapatnya bisa kerja di Jogja. Aku bukan asli Jogja dan udah biasa jauh dari orang tua kerja dimana-mana aja pasti akan dicoba buat cari pengalaman selagi masih mudah.

Udah tahu tidak peraturan seragam selama bekerja dirumah sakit kami?”pihak rumah saikt melanjutkan ceramahnya. Karena yang pembicaranyamelihat kearah ku dan karenajuga belum tahu, spontan saja aku jawab “Belum” teman-teman lain masih diam.

Selama bekerja tidak diperbolehkan mengenakan Jilbab

Gubraaaak….

Kaget mendengarnya….

Kami disini hanya menginginkan orang yang iklas untuk bekerja dirumah sakit kami, kami beri waktu 5 untukberfikir, bagi yang merasa keberatan silahkan keluar dari ruangan.”

Gak perlu waktu 5 menit, aku bangkit dari duduk dan keluar ruangan. Udah ilfil duluan jadi gak minat lagi. Yang keluar duluan salah seorang temanku yang pernah jadi anggota SKI (organisasi kerohanian Islam di kampus). Aku keluar ruangan itu bukan karena ikut-ikutan dia tapi murni keinginan sendiri. Yah, walaupun kadang berjilbab belum bisa seperti berjilbab seperti mbak-mbakakhwat yang jilbabnya lebar-lebar dan dirumah juga masih pake jilbab, tapi untuk bekerja harus melepas jilbab dengan iming-iming gaji sebesar apapun, sampai kiamatpun, gak bakalan mau. Nambah-nambah dosa aja. Selain aku dan dia masih ada teman-teman lain yang keluar, alasanya selain karena gak boleh pake jilbab, ada yang keluar ruangan karena nggak mau nantinya mengundurkan diri harus membayar denda,dan karena ngerasa penyampaian dari pembicara sangat tidak bersahabat.

Gak ada kecewa sih gak daftar kerja dirumah sakit itu. Masih banyak kesempatan lain,lapangan kerja buat Analis Kesehatan basih terbuka lebar asalkan mau berusaha, lagian masih belum selesai kuliah juga. Diluar ruangan kita-kita masih sempat ngobrol-ngobrol mengenai apa yang kita rasakan saat dalam ruangan. Ketemu teman-teman yang baru datang kita certain apa yang disampain pembicara dari rumah sakit itu. Mendengar cerita kita, sebagian dari mereka mengurungkan niat buat masuk ruangan mengikuti sosialisasi dan ujian tertulis, sebagian lagian lagi masuk tapi akhirnya keluar lagi dengan perasaan sama dengan kita.

Gak kecewa tapi heran aja, kenapa bisa seperti itu? Sebuah rumah sakit tempatnya penyelesaian masalah kesehatan pasien secara ilmiah. Rumah sakit tempat berkumpulnya orang-orang berpendidikan dengan berbagai disiplin ilmu yang nantinya saling bekerja untuk mengobati pasien. Kenapa dirumah sakit masih ada diskrimainasi untuk wanita muslim yah. Pihak rumah sakit yang membuat peraturan seperti itu mikirnya pake apa ya?, ckckck(paraah)

Apa salahnya pakai jilbab sewaktu bekerja? Jilbab tidak akan mengganggu pekerjaan. Untuk petugas laboratorium yang sehari-harinya menggunakan jas Lab, bagian bawah kerudung bisa dimasukkan kedalam jas lab sehingga tidak akan mengganggu. Malahan bakalan lebih aman bila memakai jilbab specimen yang mau diperiksa gakkan terkena kontaminasi dari rambut dan jilbab juga bisa melindungi kepala saat bekerja.

Apa alasanya karena gak enak dipandang sama pasien-pasiennya? Orang pake jilbab gak tembah jelek ko, blm pernah liat orang yang kalau pekai jilbab tambah jelek.

Setelah dipikir-pikir kemungkinan besar pelarangan pakai jilbab dirumah sakit karena pemilik rumah sakit nya nonmuslim? Karena gak suka melihat orang berjilbab. Jika rumah sakitnya muslim gak mungkin lah dia melarang pegawainya menggunakan jilbab. Masa ia mengajak orang banyak mengingkari perintah agama, didalam islam menggunakan jilbab hukumnya wajib.

Meskipun rumah sakit swasta seharusnya saling menghormatilah kebebasan bergama. Kan sudah ada undang-undangnya menganai kebebasan beragama. Setiap orang berhak untuk menjalankan kewajiban agama sesuai sesuai dengan keyakinan masing-masing. Tidak ada orang yang ingin didiskriminasikan apa lagi karena hanya perbedaan agama.  Dalam UU Ketenagakerjaan melarang pegawai memakai jilbab adalah pelanggaran HAM, sama halnya ketika memaksa non Islam untuk memakai jilbab. Pihak yang melakukan itu pantas mendapat sanksi yang berat.

Ingat beberapa waktu yang lalu ada kasus pelarangan menggunakan jilbab di rumah sakit RS Delta Surya, Sidoarjo. Kasusnya terbongkar karena salah seorang karyawati memberanikan diri mengadu Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, dan kemudian kasus itu dilaporkan juga ke DPRD dan Dinas tenaga kerja. Rada gak percaya dirumah sakit bisa seperti itu, Akhirnya ngeliat kenyataan sendiri. Sudah dua rumah sakit yang melakukan rekruitmen kerjamahasiswa kampus ku yang persyaratannya harus melepaskan jilbab sewaktu bekerja. Pemerintah harus sering-sering turun kelapangan mengatasi permasalahan ini. Jangan hanya jika kasusnya sudah mencuat ke publik baru kalang kabut. Diskriminasi karena agama (pelanggaran HAM) di Lingkungan rumah sakit suatu hal yang sangat memalukan, tempat pelayanan publik yang seharusnya cukup mudah buat pemerintah untuk mengawasinya malah bisa terjadi seperti itu, huhuhu. Rumah sakit menerapkan peraturan-peraturan yang menyudutkan umat islam dengan leluasa tanpa ada sanksi. Jangan-jangan pasien yang memakai jilbab didiskriminasikan juga, pasien yang berjilbab tidak boleh berobat disana (Bisa jadi kaan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun