Mohon tunggu...
Unang Atmaja
Unang Atmaja Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Siliwangi

Menulis adalah latihan untuk memperkuat pikiran, membaca kunci untuk memahami dunia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menata Masa Depan dari Laut, Filosofi dan Inovasi Ekonomi Biru

17 Desember 2024   05:30 Diperbarui: 18 Desember 2024   18:18 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Aktivitas nelayan di dermaga Jayanti, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Sepanjang tahun ini hasil tangkapan ikan laut di perairan selatan Cianjur merosot drastis dibandingkan tahun sebelumnya akibat paceklik.(Foto: KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Bayangkanlah suatu masa di mana lautan, dengan segala keindahannya, tak lagi dipandang sebagai sumber daya tak terbatas yang dapat dieksploitasikan, melainkan menjadi mitra sejati dalam pembangunan berkelanjutan. 

Filosofi yang tidak semata-mata menekankan harmoni antara manusia dan alam, namun juga memberi inspirasi akan solusi-solusi praktis bagi tantangan global seperti perubahan iklim, polusi, dan ketimpangan ekonomi. Itulah inti dari ekonomi biru---gagasan yang sederhana namun revolusioner.

Apakah sebenarnya ekonomi biru? Mengapa konsep ini berbeda dari pendekatan ekonomi hijau yang lebih dikenal? Filosofi ekonomi biru melangkah lebih jauh dengan mengajak kita untuk "meniru alam." 

Dipopulerkan oleh Gunter Pauli, seorang inovator dan penulis buku The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs, konsep ini menantang cara lama kita memandang ekonomi. 

Sedangkan di alam, tak ada yang terbuang sia-sia; segala sesuatu memiliki peran, nilai, dan fungsi dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pauli menunjukkan bahwa prinsip ini bukan hanya inspirasi ekologis, tetapi juga peluang bisnis yang menguntungkan.

Di balik konsep filosofisnya, ekonomi biru menyimpan kisah-kisah manusia yang luar biasa. Bayangkanlah sebuah desa nelayan kecil di Maluku yang dahulu bergantung pada penangkapan ikan secara berlebihan hingga ekosistem lautnya rusak. 

Berkat penerapan ekonomi biru, mereka kini tidak hanya memulihkan terumbu karang melainkan juga menciptakan lapangan kerja baru dari wisata alam dan pengolahan hasil laut yang berkelanjutan. 

Atau, kisah para inovator muda di Indonesia yang mengolah limbah plastik dari laut menjadi bahan bakar alternatif, memberi harapan baru bagi masa depan lingkungan dan energi.

Tulisan ini berupaya membawa kita menjelajahi harmoni filosofis dan inovasi praktis dari ekonomi biru. Kita akan menyelami bagaimana konsep ini berkembang di pentas global.

Mengapa Indonesia harus memiliki posisi strategis menjadi pemimpin dalam gerakan ini, serta apa yang dapat dilakukan oleh individu, masyarakat, hingga pemerintah untuk mewujudkan masa depan yang lebih biru---lebih sehat, lebih inklusif, dan lebih berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun