Di akhir prosesi pemakaman setelah doa, tibalah bagi Fara mempersilakan keluarga mendiang ayahnya untuk ikut memberi penghiburan sebagai wujud penghormatan kepada almarhumah ibundanya, diyakini bahwa Fara tidak melihat adanya tali silaturahmi yang terputus antara dia dan saudara-saudaranya dengan keluarga mendiang ayahnya. Cinta, kasih, dan sayang selalu menyelimuti kehangatan keluarga mereka dengan sangat lembut.
Pelajaran lainnya, yaitu ketika Fara yang sebagai pelatih olahraga renang dihadapkan pada keputusan yang sulit oleh atasannya yang juga merupakan pemilik sebuah Club olahraga bergengsi.
Fara diminta untuk memilih satu anak didiknya yang "pribumi" untuk diikutsertakan dalam Asian Games, dimana jika merunut pada hasil kualifikasi keunggulan Kevin yang bermata sipit lebih unggul dari Andre yang berkulit sawo matang, secara tehnik, skor, disiplin, dan lain sebagainya.
Oleh karena Fara tidak ingin mengorbankan idealismenya terjual dengan murah, ia lebih memilih mengundurkan diri daripada bekerja dibawah tekanan seorang yang oportunis, korup, dan rasis.
Fara menanggapi atasannya bahwa di Indonesia tidak ada pribumi asli, semua orang adalah keturunan. Lantas, apakah entitas orang Indonesia hanya berdasarkan pribumi atau non-pribumi? Atau ada hal lain yang lebih absolut untuk mengatakan bahwa kamu lebih nasionalis, lebih Indonesia, lebih pribumi, dan seterusnya?
Fara ingin menegaskan bahwa Indonesia adalah satu, tidak peduli apa warna kulitnya, bahasa, suku, agama, atau bahkan pandangan politiknya. Prestasi adalah prestasi, bukan uang ataupun kekuasaan.
Kebanggaan menjadi seorang Indonesia bukan diukur dari seberapa banyak proyek masuk ke dalam kantong, namun seberapa gigih kita hidup dengan memegang tegung nilai-nilai Pancasila dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap orang Indonesia diharapkan mampu untuk merendahkan hatinya dihadapan Tuhan, agar ia bisa berkaca bahwa setiap perbedaan merupakan keniscayaan yang mustahil dihindari. Penayangan film "LIMA" merupakan hanya gambaran kecil dari berbagai macam fenomena yang terjadi di Indonesia.
Seyogyanya para sineas juga lebih peduli pada masa depan Indonesia dan generasi-generasi selanjutnya dengan memberikan tayangan-tayangan dengan cerita yang mencerdaskan, mencerahkan, dan menceritakan kenyataan-kenyataan lain tentang keberagaman yang bisa mempersatukan rakyat dari Sabang hingga Merauke.
Usaha-usaha untuk menjadi yang terdepan dalam merawat kebhinekaan, menanamkan kelima nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dimulai dari keluarga, lingkungan, sekolah, perguruan tinggi, komunitas, dan seterusnya, sehingga nilai-nilai ini terus tersebar dan terjaga dalam aktualisasi nyata yang indah dan harmonis.