Saya sangat beruntung berkesempatan mengunjungi tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebuah tempat untuk menikmati secangkir kopi khas daerah-daerah di nusantara. Saat itu (Sabtu, 9/9/2017) saya datang berkunjung karena telah buat janji bertemu dengan Pak Tedjabayu Sudjono (73 tahun) yang tidak lain adalah pemilik kedai tersebut.
Saya tidak sendiri meskipun datang sendiri, ada beberapa orang kawan lainnya yang memeiliki kepentingan yang sama dengan Pak Bayu (sapaan akrab Pak Tedjabayu Sudjono). Saya dan kawan-kawan akan berkumpul dalam rangka mengadakan pertemuan koordinasi untuk acara komunitas kami, yang rencananya akan diadakan pada tanggal 30 September 2017.
Sebelum kawan-kawan saya yang lain datang, Pak Bayu berbagi tentang hal-hal yang menarik. Dari aktifitasnya dalam menulis (beliau sedang mempersiapkan sebuah buku yang diberi judul "Mutiara di Padang Ilalang") - buku tersebut adalah sebuah memoar dari pengalaman-pengalamannya yang dialami pada masa perang merebut kemerdekaan orde lama -- orde baru. Rencananya buku tersebu akan diluncurkan pada bulan Desember tahun ini, namun belum diketahui tanggal dan tempat acara.
Kedai Kopi Sagam terbagi menjadi dua bagian; didalam dan luar ruangan, yang didalam tepat didepan meja "magic" Barista yang akan menyajikan kopi-kopi para pengunjung, bagian dalam memiliki empat kursi. Sedangkan yang diluar memiliki meja yang bervariasi, ada meja berbentuk bundar dan juga persegi empat. Meja yang berbentuk bundar disediakan hanya dua kursi, sedangkan yang persegi panjang memiliki empat kursi. Semua meja dan kursi terbuat dari kayu yang berwarna cokelat cerah.
Di bagian langit-langit terdapat dedaunan artifisialyang rimbun sehingga menyimpan kesan dekat dengan alam, meskipun berada ditengah kota Tangerang. Meskipun tidak didalam ruangan ber-AC, namun suasana sejuk sangat terasa, hal ini disebabkan banyaknya pohon-pohon yang masih asri di sekitar lokasi Kedai Sagam.
Saat generasi muda memiliki jati diri yang kuat untuk mencintai produk lokal, maka dengan begitu kekuatan bangsa Indonesia kian bertambah dari masa ke masa. Identitas bangsa Indonesia terpatri dalam setiap jiwa rakyatnya, namun apakah jiwa tersebut dapat teremanasi dalam kehidupan dan aktifitas sehari-hari.
Pak Bayu yang dahulu memiliki hobi minum kopi instan dalam kemasan sachet,mendapat teguran dari anaknya, ia mengatakan bahwa yang diminum itu bukanlah kopi, tapi sampah! -- sontak saja membuat beliau berpikir berulang kali untuk beralih ke kopi alami, yaitu kopi asli daerah yang diproduksi dari olahan tangan-tangan petani kopi.
Selain Kopi Kerinci, terdapat pula kopi Papua, Malabar, Gayo, dan Flores. Di Kedai Sagam anda juga dapat menikmati teh yang berasalh dari kawa (daun kopi yang dikeringkan), konon rasanya nikmat juga seperti rasa kopinya. Selain minuman kopi dan teh, adapulan berbgaia macam minuman dingin dan potongan kue-kue lezat yang ditawarkan. Wah, saya jadi ingin segera kembali lagi ke Kedai Sagam, bagi anda yang tinggal di daerah Rempoa atau sekitarnya, dan juga penggemar kopi tradisional, luangkan waktu untuk menemukan kehangatan susana hati dan kesejukan alam yang menyatu di Kedai Sagam. Untuk secangkir kopi, kita hanya membayarnya setengah harga dari harga di gerai kopi internasional. Selamat Ngopi!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H