Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media dan Kemerdekaan Perempuan Indonesia

11 Agustus 2017   22:15 Diperbarui: 2 Agustus 2018   15:55 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Meskipun sudah terjadi sejak tahun 1970-an, namun media tidak memiliki hak untuk mengintervensi terhadap hak-hak perempuan atas dirinya sendiri. Hak yang penulis maksud disini adalah hak untuk memaknai kecantikan dirinya sendiri, hal untuk mengidentifikasi kecerdasannya dalam bidang-bidang yang ia gemari, ataupun hal untuk upaya agar hubungan pasangan suami-istri menjadi langgeng. Awal abad 21, media di Indonesia dibanjiri oleh media tentang perempuan beserta lika-likunya, katanya emansipasi, tapi yang terjadi justru media-media ini kehilangan esensi dalam merepresentasikan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Namanya juga media, pastilah keuntungan yang dicari, tidak peduli bagaimana perempuan-perempuan di luar sebuah majalah atau tabloid itu. Banyak perempuan Indonesia yang masih berusaha keras untuk mencari sumber nafkah karena suami yang bekerja dan menghasilkan hanya sedikit uang. Perempuan yang seperti ini adalah contoh realitas yang banyak kita temui di seluruh pelosok negeri. Bisakah media kita menjauhkan idealisme jurnalistik dengan keuntungan perusahaan? Sejauh yang kami diskusikan bersama para narasumber di ruang kursus.

Awak jurnalis memang masih minim pengetahuan tentang gender, inilah yang menjadi sumber kekurangan bagi mereka yang ingin mempersepsi sebuah citra tentang perempuan. Harapan saya untuk Dewan Pers ataupun AJI ialah membuat dan mengatur Undang-Undang serta memberi kesempatan bagi para jurnalis untuk bisa mengakses pendidikan tentang gender. Penulis menilai harapan ini tidak berlebihan, mengingat dunia media massa sepertinya darurat pengetahuan tentang gender. Ditambah juga karena untuk membentuk citra perempuan sudah seharusnya awak media memiliki pengetahuan yang komprehensif. Sehingga tetap memegang teguh nila-nilai junralistik dan mempublikasikannya secara objektif.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa perempuan Indonesia belum memiliki kemerdekaan atas dirinya sendiri. Kemerdekaannya sangat bergantung dapat dunia industri yang bernama media massa. Dengan basis pengolahan citra yang dibuat seindah-indahnya, namun yang terjadi adalah kaum perempuan masih mengalami diskriminasi di media. Sifat-sifat alamiah perempuan yang menjadi anugerah Tuhan malah menjadi momok bagi industri media, karena hal yang menjadi pertimbangan bagi media itu sendiri adalah keuntungan yang berlipat ganda, bukan pula hakikat perempuan sebagaimana perempuan yang hidup berdampingan dengan media. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun