Akhir pekan terasa syahdu dengan hujan sejak sabtu pagi. Sebenarnya saya agak sedikit cemas pada Sabtu malam karena kesulitan untuk tidur sampai jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Padahal saya hanya berdoa semoga hujan tidak turun saat berangkat ke gedung kompas pada esok pagi.
Ya, Tuhan menjawab doa saya. Namun, belum selesai parkir di seberang Bentara Budaya Jakarta, hujan turun deras sekali. Beruntung saya selalu sedia mantel di jok motor. Saat saya datang, hanya sekitar 2 orang yang sudah siap. Sesaat saya kembali dari parkiran, jumlahnya bertambah! wah syukurlah, itu artinya para kompasianer jadi berangkat ke Visit Kompasiana.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yakni Alam Sutera terbilang singkat, hanya sekitar 40 menit via tol Kebon Jeruk. Ya meskipun mengalami keterlambatan karena cuaca yang tidak memungkinkan para kompasianer untuk datang tepat waktu, namun perjalanan dirasa cukup lancar.
Alam Sutera Bagai Surga di Muka Bumi
Saya pikir tidak berlebihan jika Alam Sutera disematkan sebagai surga di bumi. Buktinya? – ya, saat memasuki area Alam Sutera, kami sudah disambut dengan sangat sigap oleh para petugas patroli yang ditugaskan untuk mengawal bus kami. Ya, bayangkan saja seandainya mereka adalah para malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk menunjukkan segala keindahan di surga-Nya.
Betul saja, saya berdecak kagum tatkala menyaksikan pepohonan yang hijau dan sejuk dipandang mata yang letaknya di kanan - kiri sepanjang jalan. Ada hamparan lahan kosong, perumahan, maupun bangunan yang sedang dalam pembangunan. Yang semuanya itu masih terlihat hijau dan sejuk, apakah efek hujan? Tidak juga, Alam Sutera memang menawan, begitu pikir saya.
Penyambutan yang sangat hangat oleh para staf membuat saya pribadi seperti cutomer yang sedang dilayani untuk membeli sebuah cluster atau residen atau bahkan kavling komersial.
Kami melakukan pendaftaran ulang di kantor itu, tak lama kemudian para staf menunjukkan dua unit Sutera Loop (sejenis shuttle bus) khusus area Alam Sutera untuk mengajak kami berkeliling.
"Berlayar" di Jalur Sutera
Tiga unit Sutera Loop akhirnya siap mengantar kami berkeliling. Saking luasnya area Alam Sutera, yang saya ingat hanya start dan finish saja, apalagi kalau bukan kantor marketing yang beraksen minimalis ditambah dengan sebuah jembatan kecil yang menghubungkannya dengan mall. Dibawah jembatan terdapat kolam dengan suara air yang gemericik.
Saya bersama kompasianer lain berada di unit 1, ditemani oleh Mba Kartika (Master Planning), Mba Felisia (Marketing Communication), dan mas Ocep (Advertising Media). Dari pengemudi Sutera Loop dan para staf Alam Sutera sangatlah ramah, karena mereka murah senyum dan suasana menjadi akrab tanpa canggung.
Mba Kartika bertugas menjelaskan tentang semua yang terlihat oleh mata kami di sepanjang jalan area Alam Sutera. Beberapa orang diantara kami juga menyela dengan pertanyaan-pertanyaan seputar Alam Sutera yang ingin kami ketahui untuk menambah informasi.
Alam Sutera terdiri dari Cluster, Residensial, dan Kav. Komersial serta dilengkapi oleh sport center dan tiga danau buatan, ditambah lagi dengan beberapa tenan besar yang sudah beroperasi di Alam Sutera, seperti Sogo, Gramedia, Kavling Komersial, IKEA, dan lain-lain.
Pada masa sekarang Alam Sutera terus mengembangkan beberapa fasilitas untuk warganya dan masyarakat umum seperti membangun masjid, gereja, rumah sakit, pasar, mall, tempat jajanan, pedestrian walk (jalur untuk pejalan kaki) sepanjang 1,7 KM. Membuat rute untuk Car Free Day untuk berolah raga.
Alam Sutera yang Terinspirasi dari Kebutuhan Wanita
Rasanya memang kita patut bersyukur karena Tuhan menciptakan kaum hawa. Betapa wanita adalah lokus manifestasi Tuhan yang paling indah. Dari diri seorang wanita, orang-orang bisa mendapatkan berbagai macam inspirasi untuk menciptakan sebuah karya.
Oleh karena itu, saya bisa berbangga hati terlahir sebagai seorang wanita yang dipercaya Tuhan untuk menyimpan banyak keindahan baik yang terlihat maupun tidak. Seperti yang saya saksikan juga pada Alam Sutera yang selayak surga di bumi.
Berawal dari sebuah grup yang membidangi usaha tekstil bernama Group Argo Manunggal Sutera, para visioner di dalamnya mulai melirik bidang lain (baca: properti) untuk mewujudkan impian banyak orang dan juga mengaktualisasikan ide-ide nan cemerlang.
Alam Sutera dan Woman Oriented Project
Tepat pada tahun 1993 ide untuk membangun hunian yang ramah lingkungan tercetus, dan resmi diperkenalkan di tahun berikutnya, yakni bulan Juli 1994. Para visioner tersebut berkeliling dunia dan bertemu dengan 17 konsultan yang berguna untuk merancang konsep hunian impian tersebut.
Sejak tahun 1994, tahun demi tahun pun dilalui, Alam Sutera mulai mengembangkan hunian yang terbaik untuk masyarakat. Segala riset dilakukan yang pada akhirnya menemukan formula inspirasi dari kebutuhan wanita pada dasarnya, seperti aman, privasi, keteraturan, nyaman, dan lain-lain.
Untuk mewujudkan ide-ide tersebut, maka dibentuklah satu komunitas bernama Woman Oriented Project, dimana para wanitanya saling berbagi impian terutama tempat tinggal idaman yang ideal. Terciptanya wanita pastilah agar ia menjadi ratu di rumahnya sendiri.
Hal ini mengisyaratkan bahwa Alam Sutera mengedepankan pendidikan terutama untuk menarik minat masyarakat terhadap hunian idaman yang akan diwujudkan. Disamping itu pula, harapan yang sama juga dimiliki oleh Alam Sutera agar mereka yang ingin tinggal di hunian tersebut pun mengutamakan pendidikan.
Konsep Alam Sutera
Hadir bersama kami saat Visit Kompasiana, yaitu Ibu Lilia Sukotjo sebagai Marketing Director PT. Alam Sutera Realty, Tbk dan Miss. Scuba Indonesia (2012), Yovita Ayu Liwanuru yang secara khusus berbagi informasi tentang Alam Sutera.
Mulai dari keamanan, pengaturan dan pembuangan limbah rumah tangga, penggunaan satu kabel untuk seluruh koneksi komunikasi dan informasi digital, hingga sumber air bersih yang dialirkan langsung dari kali Cisadane.
Menurut Ibu Lia, arsitektur bagi Alam Sutera bukanlah yang utama dan paling penting untuk ditawarkan kepada klien. Alam Sutera memaksimalkan berbagai elemen yang dapat menciptakan miliu tempat tinggal nan aman, nyaman, dan asri.
Keserasian antara seluruh makhluk hidup rupanya menjadi pedoman utama mengapa Alam Sutera “diciptakan” – maksudnya, Alam Sutera menawarkan kehidupan yang lebih sehat dan menjamin ketenangan bagi mereka yang memang cinta pada lingkungan sosial yang hidup dan menghidupkan.
Unsur-unsur alam menjadi pondasi awal bagi Alam Sutera, hal ini disebabkan oleh kesadaran para “great thinkers and concepts” Alam Sutera yang ingin menyaksikan banyak orang hidup dengan lebih bahagia dan sehat secara lahir batin.
Menurut pengakuan Ibu Lia, jika ditelusuri dari awal konsep pembangunan Alam Sutera, sesungguhnya metode “Smart City” sudah lebih dulu diterapkan. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa seluruh kebutuhan koneksi informasi digital telah dibuat menajdi satu kabel, itu artinya efektifitas dan efisiensi juga sanat diperhatikan oleh Alam Sutera.
Seiya dan sekata dengan Ibu Lia, Mba Yovita juga sepakat tentang hunian di Alam Sutera berikut lingkungannya sebagai hunian yang paling ideal, tidak terlihat sampah di jalan, kualitas udara yang sangat bersih, dan pepohonan yang dirawat dengan baik.
Namun yang masih disayangkan adalah pengolahan limbah belum ditangani sendiri oleh PT. Alam Sutera Realty, Tbk. Padahal, jika pengolahan sampah ditangani oleh pihak Alam Sutera, maka kemungkinan besar Alam Sutera menjadi satu-satunya perusahaan pengembang yang mengaktualisasikan ecological planning method secara komprehensif. Meskipun sertifikasi green building sudah didapatkan.
Di masa yang akan datang, Alam Sutera akan membangun cluster dan residensial secara vertikal. Hal ini sudah melalui pertimbangan dan program jangka panjang.
Keamanan yang Terjamin di Alam Sutera
Saat Tuhan melimpahkan rezeki-Nya untuk saya, niscaya akan saya belikan ibu sebuah kavling atau cluster atau residensial di Alam Sutera. Bukan tanpa alasan, sebagai seorang anak yang ingin berbakti tentunya ingin membahagiakan orang tua satu-satunya dengan lingkungan tempat tinggal yang menyehatkan dan aman.
Mengenai keamanan, disetiap radius 500 m telah terpasang panic button (tombol untuk keadaan gawat darurat). Semua panic button yang ada di Alam Sutera berjumlah 126 yang tersebar di berbagai titik. Untuk mengkoordinasikan sistem keamanan di seluruh Alam Sutera, maka perusahaan mendirikan Command Center.
Untuk mencapai ke lokasi dimana bantuan keamanan diperlukan, pihak Command Center yang dikepalai oleh Bapak Yusuf (koordinator) akan memberikan tugas kepada Bapak Warsim sebagai kepala keamanan dan keselamatan di Alam Sutera.
Dengan demikian, yang anda impikan tentang hunian yang selaras dengan alam sudah diwujudkan oleh Alam Sutera. Sekarang saatnya anda yang menentukan pilihan; kavling, cluster atau residensial?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H