Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apa Saja Keuntungan yang Diperoleh dari Budaya Bersih dan Senyum?

4 Oktober 2016   11:32 Diperbarui: 4 Oktober 2016   11:58 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat sampah karakter yang dibuat menarik agar pengunjung taman ikut menjaga kebersihan

Apakah membahas kebersihan dan senyuman masih relevan di masa yang masyarakatnya berubah menjadi manusia hedonis seperti sekarang ini? – saya jawab iya, dan tentu saja masih sangat relevan. Mengapa demikian? – karena kebersihan dan senyuman dapat dikatakan sebagai elemen  penting yang mendukung rotasi kehidupan di alam ini. Tuhan memilih manusia  untuk mewakili dan mengatur aktivitas di muka bumi.

Untuk mewakili dan mengatur kehidupan, maka manusia memerlukan modal  yang menjadi dasar bagi kinerjanya. Ilmu pengetahuan saja tidak cukup, maka dari itu manusia memerlukan keterampilan dan aktualisasi diri dalam menjalankan amanat Tuhan dengan cermat dan tepat. Potensi dasar manusia adalah akal dan nurani, ketika keduanya bekerja optimal, maka terciptalah sebuah harmoni dalam kehidupan dan menjadi berkah sekalian makhluk di penjuru dunia.

Akal dan nurani yang menjadi modal utama inilah yang mampu menuntun manusia untuk membawa kehidupan menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat mengurangi bahkan melenyapkan kerusakan- kerusakan di muka bumi. Semua makhluk dapat menikmati anugerah dan fasilitas yang diberikan Tuhan secara turun-temurun dan dalam jangka waktu yang lama.

Belum lama ini, Kompasiana bekerja sama dengan Kemenko Maritim mengadakan acara “nangkring” bersama para blogger. Kegiatan ini bertujuan untuk sosialisasi budaya menjaga kebersihan dan senyum. Kebersihan dan senyum merupakan dua hal penting yang diangkat menjadi sebuah isu modern. Padahal keduanya selalu melekat dalam keseharian kita dan masyarakat Indonesia. Lantas, mengapa budaya bersih dan senyum saja perlu disosialisasikan?

Tempat sampah karakter yang dibuat menarik agar pengunjung taman ikut menjaga kebersihan
Tempat sampah karakter yang dibuat menarik agar pengunjung taman ikut menjaga kebersihan
Mari Peduli pada Kebersihan!

Saya yakin semua ajaran agama memiliki pandangan yang sama terhadap kebersihan. Dalam agama mengajarkan bahwa kebersihan terbagi dalam dua klasifikasi, yaitu lahir dan batin. Kebersihan pada aspek lahir meliputi kebersihan diri, tempat tinggal, dan lingkungan. Sedangkan kebersihan pada aspek batin, yaitu kebersihan yang mencakup hati, jiwa, serta pikiran.

Bagi manusia, khususnya di Indonesia sekarang, menjaga kebersihan keduanya tampak memiliki kesulitan yang sama untuk dilakukan. Namun, pada tulisan ini saya tidak ambil bagian dalam membahas kebersihan batin, karena setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing.

Seperti yang kita ketahui, tingkat kepedulian orang Indonesia terhadap gerakan menjaga kebersihan masih sangat kurang. Jangankan untuk masyarakat luas, bahkan untuk dirinya sendiri juga minim. Tingkat sosial dan pengetahuan seseorang belum tentu menjadikan dirinya sebagai orang yang paling peduli terhadap lingkungan.

Hal ini ditandai dari begitu banyak masyarakat yang menjadi jurnalis “dadakan” memposting foto-foto mereka yang sedang mengendarai kendaraan mewah tapi tetap membuang sampah sembarangan, atau bahkan tidak sedikit pula ada yang merokok, meludah, bahkan buang air kecil di tempat umum. Fenomena yang seperti itu saja masih sering dijumpai, lantaran rasa peduli dan ingin menjaga kebersihan untuk manfaat bersama masih sangat rendah.

Kebersihan untuk kita semua, semua usia

Bingkai kebersihan tidak hanya sebatas pada lingkungan saja. Kebersihan itu melingkupi seluruh elemen kehidupan manusia. Mulai dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, tempat tinggal yang ditempati, tempat kerja yang menjadikan manusia mengaktualkan potensinya.

Ketika kita bicara kebersihan, pun saat kita dan teman-teman sedang beristirahat di sela-sela waktu kerja. Tentu kita akan memutuskan untuk mencari tempat untuk makan yang bersih, begitu juga dengan sajian-sajian yang disediakan. Apakah makanan dan minuman tersebut higienis atau tidak? Karena dengan begitu, kita berarti peduli pada kesehatan diri kita dan orang lain.

Hal ini juga tidak berbeda jika diantara kita merupakan orang tua dari anak-anak usia sekolah, kita pasti akan memikirkan bagaimana anak-anak kita dapat menikmati jajanan yang bersih serta sehat. Bila masih ada keraguan, kita akan mencari solusi lain seperti menyiapkan bekal dari rumah yang kita bisa jamin kebersihan serta gizinya.

Anak-anak tak ubahnya para orang tua yang lanjut usia, contohnya ibu saya. Usianya lebih dari 70 tahun, oleh karena itu makanan atau minuman yang dikonsumsi harus terjaga kebersihan dan kandungan gizinya, bila tidak demikian, maka ibu akan dengan mudah terserang penyakit, seperti batuk hingga diare.

Sistematika kebersihan dalam agama

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Kebersihan itu sebagian dari iman.” Dengan jelas dan terang, kebersihan merupakan bagian dari keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kebersihan menunjukkan betapa manusia yang berakal harus menggunakan akal pikirannya untuk menjaga lingkungan dengan cara yang baik. Kualitas iman yang baik akan melahirkan perilaku yang positif, sehingga dapat memberikan energi-energi yang berkualitas pada lingkungan sekitarnya.

Iman bermakna loyalitas hamba kepada Tuan. Apabila seorang hamba tunduk dan patuh pada perkataan sang Tuan, hal ini menunjukkan bahwa hamba tersebut memiliki sikap loyalitas yang tinggi, bersama dengan itu pula ia mengakui otoritas Tuannya. Begitulah yang seharusnya dilakukan manusia dihadapan Tuhan.

Memiliki loyalitas dalam menjaga kebersihan hati, jiwa, fisik, dan lebih lanjut seperti kebersihan tempat tinggal, sekitar tempat tinggal, sampai dimanapun kita berada merupakan salah satu bentuk sikap tunduk kepada Tuhan. Dengan menjalankan pola hidup yang bersih serta menjaganya berarti kita menjaga keimanan kepada Tuhan, dibuktikan dengan melakukan apa yang Dia perintahkan melalui Rasul-Nya.

Allah itu Indah dan mencintai keindahan. Oleh karena itu, budaya bersih dan senyum merupakan dua hal penting yang diserukan sepanjang masa dan untuk seluruh manusia di muka bumi. Segala hal yang indah merupakan manifestasi dari nama-nama-Nya, dan manusia adalah media yang paling sempurna untuk mengejewantahkan nama-nama-Nya tersebut, sehingga menjadi pengingat bagi setiap makhluk-Nya.

Saling menjaga serta melestarikan apa yang Tuhan ciptakan untuk manusia adalah tanda sikap bersyukur. Dengan menjaga kebersihan berarti memposisikan diri sebagai makhluk yang patut karena menggerakkan hati, pikiran, serta perilakunya untuk mencerminkan nama Tuhan sebagai Yang Maha Indah dalam kehidupan sosial.

Yang terjadi kini, ada sekelompok manusia menjadi egois, berpikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Manusia tidak lagi merajut dan menjaga hal-hal yang dapat merekatkan tali persaudaraan diantara mereka.

Namun dibalik fakta tersebut, adapula yang masih konsisten untuk mengabdikan dirinya untuk orang banyak, menciptakan dan memberikan manfaat, yang semata-mata bertujuan untuk mendapatkan balasan dari Tuhan saja. Ada banyak komunitas yang berjuang aktif demi menciptakan keindahan dan kebersihan di sejumlah daerah.

Aktifitas mereka yaitu memberikan pengetahuan serta informasi yang terkait dengan kebersihan dengan terperinci, selain itu mereka  juga memberdayakan masyarakat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan juga dapat menghasilkan keuntungan, tidak untuk pribadi sendiri tapi juga keluarga, seperti mendaur ulang berbagai jenis sampah, sehingga dapat dijadikan aneka jenis barang yang bermanfaat untuk dijadikan barang komoditi dan lain sebagainya.

Tersenyumlah, Anda akan sehat lahir dan batin!

Rasulullah SAW bersabda:

 “Tabassumuka fi wajhi akhika shodaqah” artinya senyumanmu kepada saudaramu adalah sedekah. Saya terkadang heran melihat orang-orang yang sulit tersenyum. Saya hanya bisa berasumsi, mungkin saja karena sedang memiliki masalah atau ada alasan lain. Ya, saya sudah buktikan sendiri, terkadang hanya senyum beberapa detik itu susahnya bukan main. Tentu saja, karena tidak terbiasa tersenyum.

Tidak ada hal yang lebih indah dari sebuah senyuman, karena senyuman merupakan bahasa universal. Jika kita tersenyum kepada orang lain, bahkan sebelum kita mengenal dan berbicara dengannya, hal ini menunjukkan kepribadian kita yang baik dan menyenangkan. Senyum memberi dan mendatangkan manfaat bagi diri kita dan orang lain, hampir tidak ada kerugian bila kita melukis sebuah senyuman di wajah.

Selain wajah kita terlihat sedap dipandang karena tersenyum, orang-orang yang sedang berada di sekitar kita pun akan merasa nyaman. Ya, meskipun tak bisa dipungkiri, saya masih menjumpai orang-orang yang bermuka masam di tempat-tempat yang saya kunjungi. Namun sungguh aneh jika harus menyaksikan bibir yang cemberut dan dahi yang mengkerut, padahal bermanis muka itu sesuatu yang menyenangkan.

Setali tiga uang, segala hal yang diawali dengan doa dan senyuman akan menciptakan suasana yang damai dan dapat menyebarkan kebaikan. Tidak ada yang rugi jika kita tersenyum, apalagi dalam ajaran agama tersenyum termasuk kategori ibadah, dan semua ibadah memperoleh ganjaran baik dari Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun