Pertanyaan tentang "kapan nikah?" kerapkali terdengar dari mulut sebagian masyarakat dikarenakan sudah menjadi bagian dari budaya di lingkungan tersebut. Baik di kota ataupun di desa, pertanyaan “kapan nikah?” menjadi pertanyaan paling populer yang ditujukan kepada para single. Seingat saya, 20 tahun atau bahkan 10 tahun yang lalu, pertanyaan tersebut memang sudah akrab di telinga, namun tidak menjadi fenomenal seperti sekarang. Sehingga sebuah rumah produksi film berinisiatif untuk mengangkat fenomen tersbut ke layar lebar dengan bintang Adinia Wirasti dan Reza Rahadian.
Sekilas tentang film tersebut, sang sutradara ingin menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa fenomena “telat nikah” tidaklah ada dan tidak mempunyai konsekuensi logis. Jadi, sebaiknya masyarakat Indonesia harus bersikap arif untuk menjaga perkataan dan perilakunya terhadap para pria dan wanita single yang telah memasuki usia matang.
Didalam keluarga, terutama orangtua juga seharusnya memberi dukungan yang adil putera-puterinya yang belum menikah, memberi kepercayaan penuh bahwasanya putera-puteri mereka juga sedang memperjuangkan masa depan yang lebih baik. Berawal saat melihat pengumuman kompetisi menulis tentang Nikah Usia Ideal, Raih Masa Depan Gemilang, saya tertantang untuk mengupas lebih detil tentang standar ideal usia menikah dalam pandangan ilmiah serta agama, dan tentunya bukan dalam pandangan masyarakat.
Dengan belajar untuk mau menggali informasi berarti menunjukkan bahwa diri kita tidak menutup diri untuk memperoleh wawasan global yang terus berkembang. Seperti dilansir oleh portal online detik.com (14/11/15), sebuah studi mengungkap bahwa usia ideal menikah yaitu, antara 28 – 32 tahun. Studi tersebut dilakukan oleh seorang peneliti bernama Nick Wolfinger yang juga seorang sosiolog dari Universitas Utah Amerika Serikat. Untuk menyelesaikan penelitiannya ia menggunakan data dari National Survey of Family Growth pada 2006 – 2010 dan 2011 – 2013.
Dari data itu, Nick memperoleh pola berbentuk huruf “U” yang ia definisikan sebagai masa kanak-kanak pada ujung “U” sebelah kiri, dan masa tua pada ujung sebelah kanan. Nick menjelaskan lebih jauh bahwa posisi “U” ketika anda menikah bisa menentukan seberapa kuat pernikahan anda bertahan. Dan resiko perceraian paling kecil jika anda menikah adalah saat usia anda berada paling bawah dari huruf “U”.
Faktanya adalah angka usia yang berada di bawah huruf “U” menunjukkan usia 28 – 32 tahun dan dinyatakan sebagai usia ideal untuk menikah, dengan catatan bahwa anda ingin mengurangi resiko bercerai, dan bukan faktor yang lain. Pada usia 28 – 32 tahun, para pria ataupun wanita dinilai sebagai sosok yang sudah matang secara emosional dan finansial. Namun begitu, kita masih perlu menelusuri apakah penilaian tersebut bersifat absolut atau temporer(?)
Jika kita mengamati hasil penelitian tersebut yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan, tentu akan bisa memberikan informasi bagi para pria dan wanita yang belum menikah agar menjadi pertimbangan untuk memutuskan menikah. Hal ini akan menjadi berbeda bilamana dipahami oleh sebagian masyarakat lain yang lebih mengutamakan “lebih cepat lebih baik” atau “lebih muda (usia) lebih baik”, antara usia dan kematangan mental memang seringkali tak selaras.
Bahkan mereka yang berusia muda bisa jadi lebih dewasa dan matang pemikirannya, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, dan lebih ngemong. Bukan asumsi belaka, karena adapula mereka yang berusia matang dan cukup untuk menikah, namun tidak berani untuk mengambil keputusan, tidak memiliki rasa tanggung jawab, dan bahkan setelah menikah mengalami perubahan yang cenderung berdampak buruk pada pasangan, keluarga, dan pernikahan.
Penelitian yang dilakukan bukan perkara mudah, karena hal tersebut sudah melewati masa percobaan dengan memberikan tes pada manusia. Penelitian akan selalu dianggap sebagai hal yang sangat penting dalam memberikan pedoman, rujukan, informasi, dan bahan pertimbangan untuk menentukan masa depan yang lebih baik, khususnya bagi mereka yang ingin menikah.
Pandangan masyarakat umum tentang usia ideal untuk menikah sejatinya adalah pandangan yang dibangun atas dasar perhatian. Mereka hanya ingin melihat para pria dan wanita single segera menikah. Namun, bentuk perhatian tersebut selalu berkesan tidak sabar dan cenderung menuntut bahkan adapula yang mencibir.
Saat ini saya berusia 32 tahun, dan sangat beruntung memiliki ibu serta saudara-saudara kandung yang tidak cerewet menanyakan kapan saya menikah (?) – bagi saya memutuskan untuk menikah adalah pilihan yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya.