Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kecantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang Abadi [Bagian 2]

25 Juli 2016   15:04 Diperbarui: 25 Juli 2016   15:33 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya yakin hari yang indah itu tidak selalu lekat dengan langit yang cerah, tapi lebih dari itu, hari yang indah merupakan hari dimana kita dapat mengisinya dengan berbagai macam momen yang berkesan beserta dengan pengalaman-pengalaman yang membuat kita belajar tentang kehidupan.”

Jarak dari museum Bahari ke gerbang utama pelabuhan Sunda Kelapa tidak jauh hanya ± 100 meter. Tiba di depan pintu gerbang, dua orang petugas yang berjaga di depan pintu masuk sedang duduk bercengkerama, kami dipersilahkan untuk mengikuti truk kontainer yang kebetulan juga sedang melaju melalui pintu gerbang utama. Beberapa orang turis mancanegara tampak sedang membeli karcis. Di pintu masuk terbagi dua jalur, satu jalur untuk pejalan kaki dan kendaraan beroda dua, jalur lainnya digunakan untuk kendaraan beroda empat dan lebih seperti truk kontainer yang saya jumpai.

Pintu Masuk Utama Pelabuhan Sunda Kelapa
Pintu Masuk Utama Pelabuhan Sunda Kelapa
Papan Tarif Pas (tiket) Masuk Pelabuhan.
Papan Tarif Pas (tiket) Masuk Pelabuhan.
Pak Faiz tampak bingung, karena tidak tahu harus dimana ia harus menghentikan motornya, saya berinisiatif untuk bertanya kepada dua orang bapak pengemudi ojek sepeda onthel yang sedang beristirahat. Saya bertanya tentang letak spot untuk memandang laut lepas, keduanya kompak memberikan kami petunjuk, bahwa kami harus mengikuti jalan ke arah yang ditunjuk. Ya, kini sedang berlabuh kapal-kapal besar di hadapan, saya juga tidak lupa untuk memberikan tips kepada pak Faiz yang sudah dengan sabar dan setia mengantarkan sampai di pelabuhan Sunda Kelapa dengan selamat.

Tak lama setelah pak Faiz meninggalkan saya, kamera prosumer di ransel sudah berpindah dalam genggaman. Saya mengamati sekeliling, ada beberapa bapak yang bersepeda, sepedanya seperti sepeda-sepeda ojek yang digunakan kedua bapak yang saya temui  sebelumnya. Ada pula dua orang pekerja sedang menikmati makan siang dibawah naungan kapal besi yang besar, dan tak jauh dari sana ada belasan pekerja yang masih beraktifitas dengan menggunakan alat berat, sementara itu dibawah sebuah kendaraan yang mirip buldoser beberapa pekerja sedang melepas penat, ada juga yang sedang menikmati nasi bungkus.

Dibawah panas terik matahari tetap bekerja. Semangat!
Dibawah panas terik matahari tetap bekerja. Semangat!
Saya menyapa mereka dan mereka membalasnya, ada hal yang lebih dari yang saya harapkan, yaitu mereka mengabarkan pada saya bahwa ada kapal perang miliki TNI AL yang sedang berlabuh, mereka datang sejak semalam. Rupanya kabar ini menarik hati saya, tapi karena wajah saya tampak bingung, dengan baik hati mereka menawarkan jasa ojek kepada saya supaya bisa berkeliling pelabuhan dengan mudah.

Dengan sigap salah seorang dari mereka mengambil sepeda motor yang terletak di dalam bangunan seperti gudang, tidak berapa lama saya dibonceng berkeliling menuju tujuan awal, tempat dimana kapal TNI AL berlabuh. Saya dapat melihatnya dari jarak pandang puluhan meter, ada beberapa anggota TNI AL yang sedang bertugas, ada pula yang sedang membuang sampah, ada yang memotret kegiatan tersebut untuk dokumentasi, ya seperti saya yang juga memotret untuk kelengkapan tulisan ini.

Banyak hal yang saya tanyakan pada mas yang mengantar saya dan sudah bekerja disana selama 5 tahun, sampai sekarang saya menyesal karena lupa menanyakan namanya (maafkan saya ya?!).

Darinya saya mendapatkan informasi menarik, diantaranya; pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan bongkar muat yang dikhususkan beroperasi untuk dan antar pulau-pulau di Indonesia. Sekitar dua minggu sebelum saya datang, pelabuhan Sunda Kelapa membuka trayek baru untuk wisata antar pulau di kepulauan seribu, dengan ongkos promosi penyeberangan sebesar Rp.15.000,-tujuannya adalah pulau Untung Jawa, pulau Pramuka, pulau Bidadari, dan lain-lain. Kemudian mayoritas pemilik kapal bongkar muat adalah warga Indonesia keturunan Tionghoa. Ada perbedaan sebutan antara kapal kayu dan kapal besi, kapal yang terbuat dari kayu disebut KM, sedangkan kapal yang bermateri besi seperti kapal perang TNI disebut KML.

dscn4528-jpg-5795c40fd99373a10b90634c.jpg
dscn4528-jpg-5795c40fd99373a10b90634c.jpg
Setelah puas menikmati panorama dan mengambil gambar, saya disarankan untuk berpindah ke area lain yang lebih menarik. Si mas yang asli Pekalongan menambahkan bahwa sebagian besar pengunjung  baik wisatawan lokal ataupun mancanegara yang ingin menikmati suasana pelabuhan, pastinya akan mengambil area yng dimaksudkan, lebih indah untuk difoto, begitu katanya.

Saya pun mengangguk saja tanda setuju, motor berbalik arah dan melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali si mas bertegur sapa dengan para pekerja lain, karena masa ia bekerja terbilang sudah lama, rasanya wajar sekali jika mereka terlihat akrab.

dscn4585-jpg-5795ce64cb23bdf61172cc16.jpg
dscn4585-jpg-5795ce64cb23bdf61172cc16.jpg
Benar saja apa yang dikatakan mas yang santun ini, kapal-kapal kayu terlihat berjajar rapi. Aktifitas bongkar muat pun saya amati, si mas menjelaskan bahwa setiap kapal memerlukan waktu 2 – 3 minggu untuk membongkar atau menurunkan muatan dan mengisinya kembali untuk dibawa ke pulau tujuan, dan begitulah seterusnya. Dua material yang sedang dibongkar-muat saat itu adalah toren (tabung besar untuk menampung air) dan semen. Meskipun cuaca di pelabuhan sedang terik, tidak menyurutkan para pekerja pencari nafkah untuk berhenti, mereka sangat bersemangat dalam bekerja.

Kapal bermuatan toren siap diangkut menuju pulau tujuan.
Kapal bermuatan toren siap diangkut menuju pulau tujuan.
Saya berdecak kagum menyaksikan dari dekat pelabuhan Sunda Kelapa dengan kumpulan kapal berukuran kecil, sedang, dan besar yang berwarna-warni, beserta nuansa kehidupan yang terkesan keras. Yang saya perhatikan kebanyakan dari mereka yang bekerja di pelabuhan adalah perantau, mereka mempertaruhkan nasib di ibukota meskipun jaminan dari negara belum dapat terpenuhi dengan sempurna.

dscn4560-jpg-5795c7164df9fd33126e95f2.jpg
dscn4560-jpg-5795c7164df9fd33126e95f2.jpg
Seketika terbayang dalam benak saya tentang peran pelabuhan Sunda Kelapa di masa lalu, tempat dimana orang-orang dari berbagai bangsa bertemu, hiruk pikuk orang banyak dari penjuru dunia melabuhkan kapal-kapal mereka untuk berdagang, mensyiarkan agama, dan lain-lain.  Pelabuhan Sunda Kelapa yang masih mempesona hingga kini, hal tersebut dibuktikan oleh kunjungan  wisatawan lokal dan mancanegara yang tidak sepi. Pelabuhan Sunda kelapa menjadi salah satu magnet tempat wisata yang mendapatkan perhatian khusus dari PEMDA DKI karena merupakan situs sejarah yang wajib diketahui, untuk wisata edukasi bagi anak-anak sekolah pun sangat direkomendasikan, anak-anak bisa belajar langsung di tempat bersejarah, dengan begitu anak-anak memiliki kesan yang mendalam tehadap perjalan bangsa Indonesia, dan siap menjaga serat melestarikan situs-situs bersejarah di masa yang akan datang.

Azan dzuhur berkumandang, saya berpamitan dengan si mas yang baik hati dan mengucapkan terima kasih banyak, lalu saya mengambil uang Rp.20.000,- dari ransel untuk ongkos berkeliling, diterimanya ongkos tersebut dengan seulas senyum, kemudian ia pergi meninggalkan saya di depan kantin pelabuhan.

Saya memesan kopi hitam dan mie rebus untuk disantap sambil memperhatikan keadaan sekeliling, ternyata pada saat yang sama tak jauh dari tempat saya duduk sedang ada proses syuting, saya tidak bertanya ada syuting apa, bagi saya menyeruput kopi hitam lebih menarik hati.

Kedai makanan dan minuman berjajar rapi.
Kedai makanan dan minuman berjajar rapi.
Bagi saya kunjungan ini memang untuk yang pertama kali, tapi bukan untuk yang terakhir, saya ingin mengunjungi pelabuhan Sunda Kelapa di waktu selanjutnya, karena  saya percaya setiap perjalanan akan melahirkan pengalaman yang berbeda dan lebih seru.  Sampai jumpa di perjalanan berikutnya! [Tamat]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun