Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kecantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang Abadi [Bagian 1]

25 Juli 2016   12:04 Diperbarui: 25 Juli 2016   15:21 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebingungan Warga Asli Jakarta

Hari terakhir menjelang masa liburan Hari Raya Idul Fitri malah menjadikan saya kebingungan, saya termasuk salah satu warga asli Betawi yang tinggal di kawasan Rawabelong yang dikenal pula dengan sebutan kampung si Pitung, superhero Betawi yang melawan kompeni pada zamannya. Berhubung tanah Betawi tak lagi selebar dan seluas dulu kala, maka sekarang kebun-kebun kosong telah berubah menjadi barisan gedung atau rumah kontrakan, jarang sekali ditemui tanah lapang, kalaupun ada pasti hanya berada di kawasan pinggiran. Saya bingung kemana saya harus pergi menikmati sisa liburan, akhirnya pelabuhan Sunda Kelapa menjadi tujuan.

Saat itu, hari Ahad, 17 Juli 2016. Rencana awal saya adalah bersepeda menelusuri  rute Car Free Day (CFD). Selepas sholat shubuh abang saya sudah menunggu di depan rumah, namun karena kedua ban sepeda kempes, jadi saya mengurungkan pergi. Rasa kantuk tidak bisa tolak, saya melanjutkan tidur beberapa saat, sampai akhirnya terbangun lagi dan menyadari bahwa niat saya untuk berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa terbayang berkali-kali.

Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB, saya bergegas untuk memesan ojek online, setelah berpamitan dengan ibu, ojek yang saya tunggu pun tiba. Saya masih ingat wajah bapak pengemudi ojek online ini, karena pernah mengantarkan saya ke tempat kerja. Terus terang, saya belum pernah berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa, motivasi untuk berkunjung kesana adalah rasa penasaran dan memang ingin melihat langsung pelabuhan pertama di Batavia pada zaman VOC.

Petualangan pun dimulai

Si bapak tampak ragu sebelum kami berangkat, saya tanyakan apakah bapak tahu rute menuju pelabuhan atau tidak, tapi karena si bapak meyakinkan untuk mencari rute-rutenya nanti, saya pun mengikuti. Langit yang cerah seketika mendung mengiringi perjalanan siang itu, saya berdoa dalam hati agar hujan tidak turun. Si bapak mengambil rute dari Jl. Kelapa Dua, baru sekitar 2 KM dari rumah si bapak menghentikan motornya, kami bertanya arah menuju Pelabuhan Usnda Kelapa yang terletak di wilayah Penjaringan Jakara Utara pada beberapa pengemudi ojek  yang tengah bersantai di bawah pohon rindang. Salah seorang pengemudi itu pun belum mengerti dengan baik rute mana yang bisa ditempuh oleh kami, kemudian  si pengemudi bertanya kepada temannya yang lain, kami dianjurkan untuk mengambil Jl. Kelapa Dua raya menuju Jl. Daan Mogot kemudian berbelok ke arah Pesing, dan kami pun melanjutkan arah sesuai petunjuk.

Rupanya cuaca yang mendung tak berubah juga, langit semakin berubah warna menjadi abu-abu pekat, saya lupa membawa jas hujan seperti biasanya. Si bapak membelokkan motornya ke arah Jl. Tubagus Angke, sebelum berbelok kami bertanya lagi pada salah seorang pejalan kaki , menurutnya Jl. Tubagus Angke bisa dilewati untuk sampai ke Pelabuhan Sunda Kelapa di Penjaringan. Roda motor terus berputar seiring dengan rintik hujan yang turun, saya juga sempat melihat di seberang jalan terdapat makam Raden Wijaya Kusuma yang tak lain adalah Pangeran Jayakarta. Saya pun bergumam dalam hati untuk bisa berziarah ke makamnya di lain waktu.

Untuk ketiga kalinya, si bapak bertanya kembali pada seorang pengendara motor yang sedang berteduh, kali ini penjelasannya tidak meyakinkan, walhasil motor pun melaju lagi. Tanpa kehilangan semangat si bapak berhenti dan bertanya lagi pada pengendara yang berada tepat dibawah jembatan layang, bapak tersebut menjelaskan bahwa kami harus berbelok kiri hingga sampai pada Jl. Jembatan Dua, setelah mengucapkan terima kasih seperti sebelumnya, hujan mengguyur deras jalan-jalan di wilayah itu. Saya rasa mustahil untuk berhenti karena tidak dapat menemukan tempat teduh yang aman, akhirnya kata sepakat pun terucap dengan si bapak untuk melanjutkan meskipun harus basah kuyup. Saat tiba di belokan dari yang diarahkan tadi, lagi-lagi kami berhenti karena hujan semakin lebat dan jalan-jalan mulai tergenang  air alias banjir.

Motor kembali menepi, untuk kesekian kalinya si bapak bertanya pada seorang pengemudi ojek yang juga dari perusahaan yang sama yang juga sedang berhenti di pinggir trotoar.  Pengemudi itu tampak serius mengarahkan rute jalan kepada si bapak agar bisa sampai di pelabuhan dengan rute yang mudah  “dibaca” dan dipahami. Bapak pengemudi tampak kasihan melihat kami yang sudah basah kuyup, seketika membuka jok motor dan menawarkan kepada saya jas hujan poncol miliknya. Si bapak pun mempersilahkan saya untuk memakainya, saya ingin menggantinya dengan uang, tapi beliau menolaknya dengan alasan “kita sama-sama aja(mungkin yang dimaksud adalah sama-sama pengemudi ojek, jadi sama-sama membantu), semoga Allah membalas segala kebaikannya, allahumma aamiin.

Menara Syahbandar yang telah berdiri sejak zaman VOC, berfungsi sebagai menara pengawas untuk aktifitas yang ada di kawasan pelabuhan Sunda Kelapa.
Menara Syahbandar yang telah berdiri sejak zaman VOC, berfungsi sebagai menara pengawas untuk aktifitas yang ada di kawasan pelabuhan Sunda Kelapa.
Hari yang Indah dan Istimewa

Saya yakin hari yang indah itu tidak selalu lekat dengan langit yang cerah, tapi lebih dari itu, hari yang indah merupakan hari dimana kita dapat mengisinya dengan berbagai macam momen yang berkesan beserta dengan pengalaman-pengalaman yang membuat kita belajar tentang kehidupan. Perjalanan ini, cuaca yang mendung berganti hujan, bertemu dengan orang-orang baru akan menjadi lukisan mahal yang terukir di dalam benak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun