Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keutamaan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah

20 Juli 2016   19:54 Diperbarui: 20 Juli 2016   20:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: Dok. Pribadi II Dua orang peserta didik di sebuah PAUD, Jakarta.

Hari Pertama Sekolah

Tepat hari Senin tanggal 18 Juli 2016, mayoritas sekolah di Indonesia telah memasuki tahun ajaran yang baru 2016 – 2017. Oleh karenanya, dari tingkat Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat telah berhias diri dan bersiap menyambut anak-anak didik baru dan lama. Kebahagiaan terpancar di wajah anak-anak, para orang tua dan guru. Mereka merasa senang untuk menyambut datangnya fase awal tahun ajaran baru di sekolah masing-masing. Seperti halnya yang saya saksikan di rumah tadi, sebelum berangkat ke tempat kerja, kakak-kakak saya sibuk mempersiapkan diri untuk mengantar anak-anaknya ke sekolah, ada yang baru masuk SMP, SD dan PAUD. Saya melihat antusiasme kakak-kakak saya dan anak-anaknya, semangat mereka terus terpancar melalui senyum sumringah di pagi hari nan cerah.

Tahun ajaran baru juga tidak hanya dimiliki oleh siswa atau siswi baru saja, bagi para siswa lama adalah tahun ajaran baru tetap memiliki momen istimewa, mereka akan kembali bertemu dengan teman-teman dan guru mereka, berbagi cerita dan pengalaman yang seru seusai liburan yang ditambah dengan Hari Raya Idul Fitri. Adapun bagi siswa atau siswi yang baru melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya, seperti mereka yang dari TK melanjutkan ke SD, atau SD ke SMP dan seterusnya. Pengalaman tahun ajaran baru ini bisa jadi hal yang mendebarkan sekaligus yang ditunggu-tunggu, tahun baru bukan milik mereka semata, tapi juga para orang tua. Seluruh sekolah dan guru akan merayakan tahun ajaran baru ini dengan lebih baik dari tahun ajaran baru sebelumnya.

Bergerak, Menggerakkan, dan Gerakan

Semboyan 5 S atau senyum, salam, sapa, sopan dan santun sepertinya bisa menjadi jurus andalan bagi para guru dan orang tua untuk mengaplikaskan secara langsung pada hari pertama anak masuk sekolah, sehingga dengan mudah bagi anak-anak untuk menirunya. Adalah perkara yang mudah bagi seseorang untuk tersenyum, saling mengucap salam, menyapa dengan sopan dan penuh santun. Ke lima elemen ini dijamin mampu menciptakan suasana yang hangat, kekeluargaan, dan yang paling penting adalah meninggalkan kesan di hati dan selalu akan terkenang indah.

“Siapapun yang bergerak untuk memulai, maka ia sedang menggerakkan yang melahirkan sebuah gerakan. Apakah itu pemerintah, sekolah, orang tua, ataupun guru, semuanya adalah bagian dari perubahan.”

Photo: Dok. Pribadi II Saat saya masih mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Saya bisa merasakan bagaimana seorang anak didik sedang menikmati kegiatan belajar ataupun tidak.
Photo: Dok. Pribadi II Saat saya masih mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Saya bisa merasakan bagaimana seorang anak didik sedang menikmati kegiatan belajar ataupun tidak.

Saya teringat sebuah pesan Kyai saya semasa di pondok pesantren dahulu, bunyinya “al-harokatu hiya ‘ibaadatun wa fannun wa zdauqun wa akhlaaqun” yang bermakna: “Sebuah gerakan adalah ibadah, seni, naluri, dan akhlak.” Segala sesuatu yang kita kerjakan akan bernilai ibadah jika kita niatkan hanya demi Allah saja. Dengan mengangkat kata kunci “gerakan” inilah, kita bisa menghargai proses awal dari sebuah gerakan mulia, apalagi jika gerkan tersebut berdasarkan cinta dan kasih sayang kepada buah hati tercinta.

Sebuah gerakan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti yang luhur akan menampilkan cerminan diri yang santun dan bersahaja. Para orang tua yang selalu berniat ibadah kepada Allah, maka Allah akan selalu mencurahkan rahmat-Nya di setiap hal yang diusahakan. Apabila gerakan mengantar anak di hari pertama masuk sekolah dipahami sebagai sebuah gerakan ibadah dan naluri yang bernilai cinta dan kasih sayang, maka secara hukum alam, anak-anak akan meresapi cinta dan kasih sayang yang orang tua berikan, meskipun tidak ada kata yang terucap seperti, “bapak dan ibu sayang kamu”, hal ini tentu tidak akan mengurangi naluri orang tua terhadap anak, karena hal tersebut akan terhubung sangat cepat dan dirasakan dengan indah.

Gerakan adalah sebuah seni, dan seni selalu bersifat dinamis serta harmonis, artinya pada setiap gerakan yang dihasilkan akan terlihat sangat indah dan mempesona. Para orang tua saling berlomba memberikan yang terbaik untuk si buah hati, segala macam cara akan dilakukan demi kebahagiaan si anak, nilai indah akan tetap indah dan menawan bila dilakukan dengan tulus. Dalam gerakan mengantar ini, tentunya anak-anak akan memperhatikan orang tua mereka dengan seksama, karena sebaik-baiknya contoh di dalam keluarga adalah orang tua. Nilai-nilai keteladanan yang dilakukan oleh para orang tua akan mendapatkan respon positif dan negatif dari anak-anak mereka, baik langsung ataupun tidak langsung, karena anak-anak akan menilai peran dan sikap orang tua. Respon tersebut dapat berupa kekaguman diam-diam, ucapan terima kasih dengan penuh ekspresi, pelukan, bahkan bisa sampai membuatkan teh hangat. Semua unsur gerakan akan bergerak sesuai ritmenya, penuh harmoni, dan memancarkan energi positif bagi diri serta lingkungan sekitar.

Bicara Tentang Keutamaan Bukan Berarti Nol Kekurangan

Ada banyak keutamaan dan manfaat yang kita dapat bila mengantar anak di hari pertama ia masuk sekolah, diantaranya yaitu menjalin tali persaudaraan antar sesama orang tua murid dan para guru. Posisi sebagai orang tua seyogyanya disadari sebagai seseorang yang membutuhkan bantuan kepada orang lain untuk mendidik dan mengajar anaknya, dan dalam hal ini adalah guru. Begitupun sebaliknya, para guru akan sangat membutuhkan peran orang tua untuk mengetahu informasi perkembangan anak-anak didiknya di rumah dan lingkungan sekitar. Tanpa ada komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak, maka mustahil gerakan tersebut akan terus bergerak dengan dengan dinamis. Orang tua dan guru tak ubahnya sebuah teamwork yang saling membutuhkan dan saling melengkapi, sehingga kegiatan belajar-mengajar serta pengembangan anak tidak menemui kendala yang berarti.

Keutamaan lainnya adalah orang tua dapat menanamkan sifat terbuka kepada anak-anak, sehingga mereka tampil dengan percaya diri. Bayangkan saja saat anak-anak dan orang tua yang memasuki pekarangan sekolah, mereka yang masih duduk di TK atau SMP masih banyak yang bersandar manja di bahu atau berpegangan tangan dengan orang tua, saat itulah para orang tua memotivasi anaknya untuk belajar membuka diri dengan menyapa teman-temannya sambil tersenyum dan memberi salam kepada guru-guru. Dengan begitu, anak-anak akan merasakan suasana hati yang nyaman, dan perasaan takut, cemas ataupun gugup akan hilang.

Selama ini masih banyak orang tua maupun guru yang saling acuh terhadap perkembangan anak-anak di rumah dan sekolah. Bersama dengan gerakan mengantar di hari pertama sekolah, maka diharapkan dapat membangun kepedulian antara orang tua dan guru. Orang tua harus memulai kesadaran tersebut, dan gerakan ini menjadi langkah awal dari kepedulian orang tua terhadap anak, pihak sekolah, juga teman-temannya. Dengan demikian sikap peduli akan menghadirkan kepedulian yang lain, sebagaimana yang diharapkan oleh orang tua, para guru juga harus memberikan dan membuktikan dirinya sebagai pendidik yang mampu menjaga amanat orang tua dalam mendidik dan mengajar anak-anak tentang berbagai macam ilmu pengetahuan di sekolah yang megandung nilai-nilai budi pekerti.

Dalam sebuah slogan iklan yang sangat populer beberapa tahun lalu “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda”, dalam konteks ini saya asumsikan bahwa kata kerja menggoda bisa diartikan menarik, itu artinya kesan pertama dia hari pertama sekolah harus memiliki kesan yang menarik bagi semua pihak, anak-anak, orang tua, dan guru. Dengan adanya kesan yang menarik, maka dipastikan anak akan bersenang hati, orang tua dan guru pun demikian. Jadi, baik orang tua ataupun guru harus berusaha memaksimalkan momen, memperbaiki penampilan pun tidak ada salahnya, asalkan tidak berlebihan. Anak-anak akan bergantung pada suasana yang diciptakn dari orang dewasa yang ada disekitarnya. Saat orang tua dan guru sudah berusaha maksimal, just let it be! Biarkan saja apa yang terjadi setelahnya, respon ataupun tanggapan bernilai sangat relatif, maka orang tua dan guru sebaiknya tetap berlapang hati dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik di kemudian hari.

Para guru tidak perlu merasa malu untuk menjadi pelopor dalam memberikan kenyamanan bagi anak didik, karena salah satu faktor yang dapat menjamin suasana belajar yang kondusif adalah kehadiran dan sikap guru yang menyenangkan, dengan begitu para anak didik bisa mendapatkan tempat belajar yang humanis. Anak-anak didik dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka dengan lebih percaya diri dan terbuka, sehingga mereka tidak mengalami kendala dalam berinteraksi dengan teman-teman atau guru-guru. Menurut Abdullah Munir dalam bukunya Spiritual Teaching,mendidik dengan berlandaskan cinta akan berefek pada bertambahnya kepercayaan masyarakat kepada guru, juga terhadap sekolah.

Kehadiran orang tua yang mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah dapat memberikan efek yang sangat positif pada diri sang guru. Guru akan merasa dianggap sebagai partnerdanteamworkbersama orang tua dalam menjalankan misi bersama, yaitu memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Secara tidak langsung, para orang tua memberikan semangat dan dukungan kepada guru yang akan menerima mandat sebagai orang tua kedua bagi anak di lingkungan sekolah.

Jika dilihat dari sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal, guru sebagai pendidik personal dan para orang tua saling bertanggung jawab satu sama lain, karena tugas mendidik adalah kewajiban kolektif. Setidaknya setiap individu harus merasa berkewajiban untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pendidikan. Lembaga pendidikan pun tidak hanya di sekolah, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang paling luas.

Setiap gerakan selalu ada yang tidak dapat turut serta. Orang tua yang tidak dapat mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah karena berbagai macam hambatan, dari urusan pekerjaan, sampai yang bersifat darurat, seperti menjaga orang tua (kakek/nenek si anak) ke rumah sakit, dan lain sebagainya adalah hal yang patut dimaklumi. Namun, ada kalanya para orang tua meminta bantuan saudaranya yang lain atau tetangga untuk menggantikan posisi tersebut, tentu akan terasa berbeda, tapi segala usaha selalu memiliki nilaiya sendiri.

Bapak Menteri Pendidikan Bapak Anies Baswedan, Ph.D melalui melalui surat edaran yang yang disebarkan oleh Kementrian Pendidikan telah menginstruksikan kepada seluruh instansi pemerintah dan kepala daerah untuk memberikan dispensasi kepada seluruh orang tua baik yang bekerja pada pemerintah maupun swasta dan yang memiliki anak usia sekolah agar bisa mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah. Hal ini bertujuan bahwa pemerintah memiliki perhatian yang besar terhadap tumbuh kembang anak pada masa kini, esok, dan yang akan datang. Pemerintah juga ingin menunjukkan bahwa tanggung jawab pendidikan anak-anak Indonesia akan dipikul bersama.

Untuk menjaga kualitas pendidikan, sekolah, guru, anak didik, dan orang tua adalah seperti mata rantai yang terikat satu sama lain, jika salah satunya terputus maka sistem tersebut dapat menghambat proses dan tujuan pendidikan. Terputus berarti tidak terhubung atau tersambung, sangat minim informasi, tidak ada perkembangan, oleh karena itu yang terlihat adalah bentuk kegagalan komunikasi, karena tidak adanya kepedulian antara satu pihak dengan pihak yang lain. Sesuatu yang memiliki kualitas unggul pasti memerlukan dukungan, apapun bentuknya. Jika sebuah sistem pendidikan pada suatu lembaga pendidikan seperti sekolah didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas (kepala sekolah beserta seluruh jajarannya), secara otomatis sistem pendidikan tersebut akan berkembang dan maju sesuai dengan harapan dan cita-cita.

Berlanjut atau berhenti?

Sebuah gerakan atau program pasti menimbulkan efek, apalagi jika yang berhubungan langsung dengan masyarakat seluruh Indonesia. Dari gerakan ini yang sebenarnya baru setahun lalu dicanangkan, tentu sudah banyak mendapatkan respon, tidak terkecuali dari para pengamat pendidikan ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Indonesia.

Jadi, ada baiknya para guru dan orang tua untuk mengambil manfaat, pelajaran dan pengalaman dari gerakan ini. Segala sesuatu yang memiliki nilai positif lebih banyak akan memberikan pengaruh yang baik pula, dan sebaliknya. Tanpa ada gerakan dari pemerintah pun, dengan sejujur-jujurnya orang tua di Indonesia sudah melakukan gerakan mengantar anak setiap hari ke sekolah selama bertahun-tahun lamanya. Kita tidak perlu bimbang karena mendengar beragam komentar yang pro dan kontra, kita lakukan saja selama gerakan ini memberikan dampak yang lebih baik, khususnya bagi perkembangan anak-anak dan kemajuan sistem pendidikan di Indonesia.

Mari kita terus bergerak dan melangkah demi mewujudkan mimpi-mimpi seluruh anak Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun