Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhentilah Mengirimkan TKI/TKW!!!

9 Maret 2013   14:39 Diperbarui: 29 Desember 2016   10:26 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya 'pacu'  sebagai follow up dari tontonan saya malam ini di chanel TVRI, TV kesayangan. Acara yang dipandu oleh Bung Slamet Rahardjo mengangkat tema "Perlindungan TKI." Selintas pikiran saya berkelana pada banyak pejuang kehidupan di luar tanah nusantara yang tercinta, bagaimana mereka memperjuangkan hidup bagi dirinya dan keluarganya, dengan pengalaman yang minim dan ditambah dengan semangat yang amat nekat demi mengumpulkan pundi-pundi uang untuk dikirimkannya ke kampung halaman, saya jadi teringat ketika saya bertugas sebagai pengajar di lembaga pendidikan anak usia dini, yang terletak di kota Reog, Ponorogo Jawa Timur. 

Beberapa murid saya harus tumbuh dan berkembang tanpa kehadiran ibunya atau ayahnya, hal ini dikarenakanpara orangtua tersebut bekerja sebagai TKI di beberapa negara, seperti Hongkong, Taiwan, dan lain-lain. Sungguh hati tak tega melihat mereka yang berada dalam masa-masa keemasan harus menjalani hari-hari tanpa belaian orangtua, namun belakangan saya mendengar kabar bahwa salah seorang dari wali murid telah kembali ke tanah air, dan tidak diperbolehkan untuk bekerja di luar negeri lagi.

Singkat kata, kita sebagai bangsa yang besar tidak patut merasa bangga untuk mengirimkan saudara-saudari kita ke luar negeri untuk bekerja, meskipun mendapatkan gaji dan yang semacamnya, bukankah kita lebih bangga untuk bisa memakmurkan negeri Indonesia dan dengan tangan kita sendiri? Ah, pelik sudah pasti! namun jika kita saling bahu membahu untuk bisa mengubah cara berpikir kita, alangkah bangganya Ibu Pertiwi pada putera-puterinya.

 Perlu kita ingat, jika kita tetap berusaha untuk berbuat beragam kebaikan demi memajukan dan meningkatkan kualitas kita di dalam negeri ini, lebih baik dari pada kita menjadi 'pelayan' di negeri orang. Ibu Pertiwi kita nampaknya memiliki kesan acuh tak acuh pada anak kandung sendiri, dengan membiarkan tenaga dan pikiran mereka menjadi 'sapi perah' di negeri orang, hal ini diperburuk lagi oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan sampai yang tidak berperikemanusiaan.

Pemerintah yang seharusnya menjadi  'pahlawan' bagi mereka, sekarang masih belum tegas menunjukkan sikap atas peristiwa-peristiwa yang dialami para TKI/TKW.  Lelah hati membicarakan hal ini, tapi saat ini suara hati saya tak bisa dibendung lagi, seyogyanya kita tahu bahwa negeri Indonesia adalah negara yang besar serta kaya raya dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah, bagaimana kita bisa tidak 'ngeh'? dan malah membiarkan bangsa-bangsa asing menguasai apa yang kita miliki, relakah kita jika menyaksikan pemberian Tuhan untuk negeri ini yang diwariskan nenek moyang kita dirampas dan menjadikan kita sebagai budak di negeri sendiri?

#kisah sedih di malam Minggu

@Rawabelong, 09-03-2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun