Namun, ketika mengetahui bahwa sampah plastik adalah sampah yang paling lama terurai, bisa mencapai hampir 1 abad dan penyumbang sampah yang merusak lingkungan. Mau tidak mau, kita harus menerima bahwa kita harus melakukan diet plastik.Â
Hal kedua tentu saja bagaimana cara agar masyarakat biasa sebagai konsumen, pengusaha sebagai produsen dan pemerintah menemukan pola kerjasama untuk mengatasi permasalahan sampah. Misal sebagai konsumen bisa memulai zero waste, pengusaha melakukan pembatasan produksi dan pengelolaan bekas wadah yang digunakan. Terakhir pemerintah bisa menemukan cara yang tepat untuk pengelolaan sampah, entah harus di daur ulang atau mewajibkan para pengusaha tersebut menemukan solusi dari polemik plastik ini.
Maka, walau belum mampu merubah bahan yang digunakan untuk berdagang, aku berusaha melakukan hal lain. Misalkan, menanyakan apakah sendok diperlukan? kalau untuk makan di Rumah sebaiknya tidak, acapkali aku bertanya "Pake sendok kak?" dan aku berucap syukur ketika mereka mengatakan "tidak usah, mau makan di rumah" ketika ia tidak terburu, aku selalu mengatakan, "Iya kalau makan di rumah lebih baik pakai sendok sendiri ya bu, sendok ini hanya berakhir pada tong sampah" walau terkadang kebanyakan dari mereka tetap meminta sendok, bahkan kadang seperti meledek pertanyaan saya.
"Masa makan bubur pakai tangan," ujar mereka yang dengan sabar kujawab kalau makan di rumah dan ada sendok, bukankah lebih baik menggunakan sendok sendiri. Tidak masalah kalau aku harus selalu bertanya kepada setiap pelanggan, paling tidak mengurangi rasa bersalah dan ada usaha untuk mengurangi pemakaian plastik.
Kalian sudah memulai #zerowaste?
Banyak hal yang bisa dimulai. Zero waste bukan berarti sama sekali tidak nyampah, tapi bertahap. Membiasakan diri untuk tidak lagi bergantung pada plastik. Bisa dimulai dengan membawa tas kain sendiri ketika berbelanja. Membeli sedotan stainless atau berbahan bambu agar tidak sekali pakai.Â
Membawa botol minuman dan wadah tempat sendiri kemanapun. Misal ketika nonton bioskop, kalian bisa membawa tupperware sendiri. Kalau masih merasa malu, mulai saja dulu. Paling tidak, kita sudah ikut mengkampanyekan, membuat mereka berpikir sehingga bisa mengubah mindset. Syukur-syukur terinspirasi dan mengikuti jejak kita.
Ohya, hampir lupa untuk para wanita penting untuk melakukan zero waste mengenai tamu bulanan kita. Pembalut sekali pakai sudah bisa diganti dengan pembalut kain atau menstrual cup. Aku pribadi masih prefer ke pembalut kain daripada menstrual cup. Entah karena belum menikah sehingga masih takut untuk memasukkan benda ke dalam area kewanitaan. Buat kalian yang belum tahu mengenai hal ini, bisa baca artikel atau tonton youtube ya, sudah banyak yang bahas kok.
Sekian cerita dari kang sampah, yuk ah mulai ubah pola pikir kita untuk lebih mencintai bumi dan langsung beraksi.
Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H