Mohon tunggu...
una anshari
una anshari Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Merasakan, Menulis dan Membagikan

Traveller yang selalu berharap dapat mengambil hikmah dalam perjalanan untuk ditulis dan disharekan. Berbagi itu indah :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berhaji, Jangan Tunggu Tua

1 Januari 2019   23:49 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:56 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Berhaji bagi yang mampu"

Begitu bunyi rukun Islam ke 5. Pun dalam ayat 97 surat Al Imran, surat ke 2 yang menceritakan keluarga Imran, ayahnya sang wanita suci, Maryam, ibunya nabi Isa alaihi salam.

Allah SWT berfirman

  ۗ  وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا  ۗ

wa lillaahi 'alan-naasi hijjul-baiti manistathoo'a ilaihi sabiilaa,

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97)

Tapi, tahukah kita bahwa kalimat 'mampu' adalah sebuah tantangan dari Allah Ta'ala untuk kita.

Bagaimana waktu yang sama diberikan kepada semua manusia,  24 jam.  Artinya siapapun kita, apapun pekerjaan kita, semestinya bisa mengantarkan kita menunaikan ibadah haji tersebut.

Simpelnya, haji itu bukan bagi orang kaya. Banyak sekali orang yang memiliki duit  bahkan tidak terbuka hatinya untuk menginjakkan kaki di Haramain.

Orang yang sungguh sungguh mempunyai keinginan mulia itu lah yang akan menjadi tamuNya. Karena ia-nya mutlak merupakan panggilan (undangan langsung) dari Allah SWT kepada hambanya yang terpilih.

Pada ayat sebelumnya disebutkan bahwa Kakbah adalah rumah ibadah pertama yang ada di dunia. 

Dibangun pertamakali oleh para Malaikat yang dikemudian hari dibangun kembali oleh nabi Ibrahim alaihi salam beserta putranya, nabi Ismail alaihi salam yang ketika masih bayi merah sudah ditinggal bersama sang ibunda di gurun pasir nan gersang.

Maka, seluruh rangkaian haji adalah menapak tilas kisah keluarga nabi Ibrahim alaihi salam, Abu Tauhid. Dan tentu saja perjalanan shirah mengenai penutup para nabi, Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wa salam yang akan kita jiarahi.

Labbaikallahumma labbaik

Labbaik ka laa syarika labbaik

Bacaan diatas disebut talbiyah yang artinya, kami memenuhi panggilan Mu ya Allah. Yang secara harfiah labbaik bermakna menjawab dan menyatakan datang sambil bergerak ke arah yang memanggil. 

Pertanyaannya, 

Sudahkah kita mendaftar Haji?

atau pertanyaan lainnya

Sudahkah ada keinginan untuk berhaji?

Entah ini kebiasaan masyarakat Indonesia, jamaah haji asal Indonesia selalu didominasi oleh usia senja. Walau, tidak jarang juga ditemukan usia muda.

Padahal, haji sejatinya ibadah fisik. Dalam mengerjakan rukun-rukunnya dibutuhkan fisik yang sehat dan kuat. 

Memiliki orangtua yang bekerja dalam bidang haji membuat saya juga dekat dengan hal - hal terkait haji. Apalagi sejak Buya (panggilan saya untuk bapak) 4 tahun lalu menderita sakit stroke maka saya ikut terjun langsung mengurus KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) di bilangan setia budi, Medan.

Empat tahun menjadi panitia yang selalu ikut mengantarkan jemaah sampai asrama haji, nenek nenek maupun ibu ibu - yang sudah mulai banyak 'menabung' sakit, sakit lutut, persendian yang biasanya disebabkan kolesterol, asam urat -  yang berangkat.

Seperti nenek calon haji kloter 21 tahun 2017 lalu dari salah KBIH Medan yang ada digambar ini.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Tua memang belum tentu sakit atau pun tidak kuat. Apalagi orangtua dari kampung yang sehari hari pergi ke sawah mungkin memiliki fisik yang kuat dibanding orang muda yang tinggal di daerah perkotaan yang jarang sekali olahraga. 

Walau begitu melihat yang tua apalagi sampai harus didorong (bantuan kursiroda) rasanya sangat sedih.

Baru masuk asrama haji saja melihat para nenek tua yang harus membawa tas tentengan (koper kabin) berisi perlengkapan selama menginap satu malam di asrama haji.

Jalan dari aula menuju poliklinik untuk tes kesehatan terkahir sebelum berangkat besok. Masih banyak sekali 'tugas' yang harus dilakukan sebelum bertolak ke tanah suci. Kadang, mereka berhenti sebentar, menarik nafas. Belum lagi dengan antrian yang panjang. 

Foto ini ketika mengantri menunggu giliran untuk tes kesehatan terakhir di asrama haji.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Disini saja sudah merasa capek, bagaimana dengan seluruh rangkaian haji?

Walau sekali lagi, yang sakit di tanah air, bisa saja disana sehat walau afiyat setelah mata tua dengan pandangan yang sudah mulai mengabur tersebut melihat pertama kalinya benda kotak hitam yang menjadi arah sholat seluruh muslim di penjuru dunia.

Tapi, yang jelas usia muda jauh lebih baik. 

Dengan semangat yang masih tinggi pun fisik yang kuat, selain menjalani rangakaian ibadah haji, juga bisa menaiki gua hira, tempat Rasulullah sering merenung yang akhirnya tempat pertama kali Wahyu turun. 

Aahhh, indahnya kalau fisik kita masih kuat, maka dari itu sekaranglah Saatnya berhaji 

Kalau sudah punya uang sebesar Rp. 25.000.000,-

Jangan lagi menunda untuk daftar.

Jangan lagi mengatakan belum siap.

Jangan lagi mengatakan belum cukup ilmu.

Jika tidak segera daftarkan diri, banyak sekali tentu godaan setan berbentuk kebutuhan ini belum cukup, itu dulu yang diutamakan.

Jika menjawab belum siap, sampai kapan siapnya? Bukankah kematian tidak menunggu kita sampai siap.

Apalagi, jika menjawab belum cukup ilmu. Sembari menunggu daftar haji antara 15-20 tahun, sungguh waktu yang sangat cukup untuk kita belajar, membaca buku buku panduan haji maupun manasik yang dibuka oleh KBIH KBIH.

Maka segera mendaftar ke bank Danamon Syariah agar segera mendapat porsi. Bisa klik tautan ini.

Kalau belum cukup? Maka Tabungan Rencana haji IB dari Danamon Syariah bisa menjadi solusinya

Yuklah,

Buah duku buah semangka

Dimakan di dalam goa

Jangan nunggu tua wahai saudara

Melaksanakan rukun islam kelima

Bismillah, semoga Allah SWT mudahkan kita untuk berhaji sejak dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun