Mohon tunggu...
Tri Ratnawati dr
Tri Ratnawati dr Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum

Menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Depresi Post Partum Merupakan Penyebab Seorang Ibu Ingin Membuang Anak ke Rel KRL

8 September 2023   21:23 Diperbarui: 8 September 2023   21:38 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar 6 hari yang lalu, tepatnya 2 september 2023 warganet dihebohkan akan video seorang  seorang perempuan diduga hampir membuang bayinya ke rel Commuter Line (KRL) Stasiun Pasar Minggu, Jakarta, akibat baby blues. Sejumlah artikel maupun unggahan video warganet serta beberapa platform kesehatan menyebutkan bahwa wanita tersebut mengalami "Baby Blues". 

Usut punya usut wanita tersebut berusia 40 tahun dan bayi yang hendak ia buang di rel commuter line (KRL) berusia 6 bulan. 

Akahkah kejadian tersebut benar merupakan baby blues?

Depresi post partum dengan Baby blues merupakan dua hal yang berbeda, karena perbedaan onset keluhan yang dialami oleh ibu yang mengalami gejala baby blues ataupun depresi post partum.

Baby blues merupakan suatu sindrom gangguan ringan yang sering muncul dalam minggu pertama setelah persalinan dan berkelanjutan dalam rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan.

Depresi postpartum merupakan gangguan mood setelah melahirkan yang merefleksikan disregulasi psikologikal yang merupakan tanda dari gejala-gejala depresi major. Onset waktu depresi post partum adalah lebih dari 2minggu yang dapat menetapkan bahkan selama 1 tahun lamanya. 

Baby blues umumnya gejala akan mereda atau hilang dalam hitungan beberapa hari atau minggu, namun  depresi pascamelahirkan bisa berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Kondisi depresi postpartum yang tidak ditangani dengan baik, depresi pascamelahirkan dapat membahayakan kondisi ibu maupun bayi yang baru lahir.

Mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, keinginan untuk bunuh diri merupakan gejala-gejala yang dapat dijumpai pada ibu dengan depresi postpartum. 

Penegakan diagnosis suatu depresi postpartum dapat ditegakkan melalui gejala-gejala klinis yang tampak seperti mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, keinginan untuk bunuh diri. Untuk menegakkan diagnosis tersebut selain dari riwayat serta penampakan gejala, dapat ditunjang melalui test Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).   Beberapa penyebab yang menyebabkan baby blues ataupun depresi post partum meliputi:

1. Postpartum depression dapat terjadi akibat kombinasi faktor fisik dan emosional.

2. Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh ibu akan turun drastis setelah melahirkan. Hal ini menyebabkan perubahan kimia di otak yang memicu terjadinya perubahan suasana hati.

3. Faktor Budaya dan stigma seperti anak harus dilahirkan secara spontan atau bukan melalui sectio caesaria (sc), stigma melahirkan secara sc dianggap tidak menjadi wanita yang sempurna. anak yang diberikan susu formula dianggap hal yang salah oleh beberapa masyarakat tanpa crosscheck terlebih dahulu ibu bayi. Kegiatan mengasuh bayi dibebankan ke ibu sehingga  tidak dapat beristirahat dengan cukup untuk memulihkan dirinya setelah melahirkan. Kurangnya istirahat dapat menimbulkan kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, hingga akhirnya memicu depresi pascamelahirkan.

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi postpartum, di antaranya:

  • Ibu bayi pernah menderita depresi sebelum atau selama
  • Penderita bipolar.
  • Riwayat anggota keluarga yang menderita depresi.
  • Penyalahgunaan NAPZA.

4. Faktor ekonomi, kondisi perekonomian keluarga yang sulit dan memiliki banyak anak menyebabkan ibu lebih berisiko depresi.

5. Kurang bonding terhadap bayi

Balik lagi kekasus yang terjadi pada ibu yang hendak membuang bayinya ke rel KRL bukanlah merupakan baby blues karena bisa jadi keluhan tersebut telah terjadi berbulan-bulan. Baby blues merupakan hal yang wajar karena perubahan hormonal, dimana terjadi dalam rentang waktu 2 hari sampai maksimal 2 minggu. Hal ini dapat diliat dari usia anaknya telah 6 bulan. Kemudian ibu tersebut telah memiliki ide untuk bunuh diri (suicide) dan menyakiti bayinya (self harm).  Perasaan sedih yang teramat dalam dan ide bunuh diri merupakan ciri khas dari depresi. Saat ibu tersebut mengalami depresi postpartum maka ia tidak dapat mengurus anaknya dengan baik karena ia tidak mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik.

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN JIKA MELIHAT SAAT ORANG INGIN BUNUH DIRI DITEMPAT UMUM?

Kita hendaknya jangan menimbulkan stigma bahwa menjadi seorang ibu harus capek, lelah dan tidak tidur. Hal-hal yang harus kita lakukan saat menemukan seseorang yang menjumpai seseorang baik ibu-ibu atau lainnya yang hendak bunuh diri:

1. Lakukan persuasi dan bujuk sekitar 1-2menit agar jangan melakukan bunuh diri

2. Hubungi petugas keamanan untuk menelpon keluarga 

3. Minta bantuan sekitar untuk membawa ke rs agar mendapat pertolongan profesional (psikiater)

4. Jangan membuat surat pernyataan apapun bahwa orang tersebut tidak kompeten dan tidak cakap mentalnya karena tidak membantu banyak

Penting sekali kesadaran keluarga untuk memberikan support dan membantu pasien dengan depresi postpartum untuk mendapatkan terapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun