Mohon tunggu...
Tri Ratnawati dr
Tri Ratnawati dr Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum

Menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membedakan Lupa, Pikun yang Wajar dan Penyakit Demensia

24 Agustus 2023   12:35 Diperbarui: 24 Agustus 2023   20:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia telah dianugerahi oleh Allah berupa otak dengan kelebihannya berakal. Secara anatomis otak manusia dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Lobus frontal, yaitu bagian terdepan dari otak besar, dimana lobus ini berkaitan dengan fungsi motorik, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, kemampuan untuk menilai sesuatu, kreativitas, kemampuan untuk mengontrol perasaan dan perilaku seksual, kemampuan untuk memahami bahasa, membuat alasan, merencanakan sesuatu, dan lain sebagainya.

2.Lobus parietal, yaitu bagian tengah otak besar yang berhubungan dengan sensor perasaan seperti rasa sakit, sentuhan, tekanan, dan lain sebagainya.

3.Lobus Temporal, yaitu bagian bawah dari otak besar yang berhubungan dengan memori dan pendengaran.

4.Lobus Occipital, yaitu bagian belakang otak besar yang berhubungan dengan sistem pengolahan otak visual manusia sehingga nantinya dapat berinterpretasi dengan segala sesuatu yang dilihat.
Sejalan dengan bertambah usia otak manusia juga mengalami  proses degeneratif, dimana girus-girus otak bertambah mengkerut dan beberapa hasil pencitraan otak pada pasien lanjut usia menunjukan hasil atropi seberebri. Atropi serebri merupakan kondisi dimana volume otak manusia mengalami penyusutan yang disebabkan oleh bertambahnya usia manusia.


Proses Terbentuknya Memori


Daya ingat seorang manusia diatur diotak bagian lobus temporal. Saat ada rangsangan dari lingkungan maka memori akan terbentuk melalui 3 tahapan meliputi:
1. Tahap belajar
Proses dimana informasi baru akan ditangkap oleh panca indera tubuh manusia
2. Tahap retensi
Proses dimana informasi disimpan oleh otak
3. Tahap retrievl
Proses dimana memori yang tersimpan dipanggil kembali dan membentuk ingatan baru

Mengenal Ingatan Jangka Pendek (Shortterm Memory) Vs Ingatan Jangka Panjang (Longterm Memory)


A. Shortterm Memory
Shortterm Memory atau dikenal sebagai memori primer merupakan informasi yang sedang kita sadari atau pikirkan. Sifat ingatan ini bersifat singkat dan jika tidak dilatih hanya bertahan dalam beberapa detik. Short term memory juga memiliki sistem penyimpanan yang terbatas. Jangka waktu short term memory hanyalah 30 detik dengan jumlah item yang dapat diingat antara 5 sampai 9 item, namun pada umumnya adalah 7 item.

Beberpa kondisi medis yang dapat menyebabkan kita kehilangan shortterm memory meliputi trauma, aneurisme, tumor otak dan stroke. Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menilai shortterm memory adalah pengujian kognitif, dimana ia akan memeriksa status mental dan kemampuan berpikir.

B. Longterm Memory
Longterm Memory merupakan ingatan yang dapat disimpan dalam jumlah yang cenderung banyak dan menetap secara permanen. Kita dapat merecall ingatan jangka panjang bila informasi yang tersimpan tersebut kita perlukan.
Kondisi medis yang menyebabkan gangguan longterm memory kita kenal dengan istilah demensia.

Berkenalan dengan Demensia


Demensia Dalam Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-5), diagnosis dementia digolongkan sebagai major neurocognitive disorder dengan kriteria sebagai berikut: Penurunan fungsi kognitif yang signifikan dibandingkan fungsi kognitif sebelumnya.

Beberapa penyebabkan demensia umumnya karena proses degeneratif otak namun beberapa kondisi medis yang menyebabkan demensia meliputi
1. Gangguan struktur anatomi otak seperti hidrosefalus, infeksi atau stroke perdarahan.
2. Gangguan sistem metabolisme , misalnya hipotiroidisme, kekurangan vitamin B-12, kalium, natrium, kadar gula darah rendah (hipoglikemia), serta masalah ginjal dan hati.
3. Terpapar zat kimia yang berisiko terjadinya keracunan seperti peptisida, timah, logam berat.
4. Hipoksia, yang terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup seperti serangan asma berat, penyakit paru obstruktif kronis dan tumor paru.
5. Kurang Gizi terutama kondisi kekurangan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia.


Tanda dan Gejala Demensia


1. Gejala Demensia terkait perubahan kognitif
Kehilangan ingatan
Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan oranglain dan melakukan kegiatan sehari-hari
Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi
Sering lupa dan salah meletakan benda.
2. Gejala terkait Psikologis
Perubahan perilaku, kepribadian dan mood yang berubah secara tiba-tiba
Kehilangan inisiatif atau apatis terhadap kegiatan rutin yang awalnya sering ditekuni.
Kesulitan dalam rutinitas sehari-hari
Mengalami depresi, halusinasi dan paranoid serta kadang gelisah.


Pencegahan Demensia


Lupa merupakan kondisi yang lumrah terjadi, namun saat anda menjadi pikun saat usia muda anda harus waspada. Adapun beberapa tindakan pencegahan demensia yang dapat dilakukan meliputi:
1. Jagalah pikiran ada agar tetap aktif seperti mengisi teka-teki, menyusun puzzle dan main tebak kata.
2. Olahraga rutin dan aktif berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan mengikuti komunitas.
3. Berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok
4. Makan makanan sehat dan bergizi seimbang terutama vitamin D, Vitamin B Kompleks dan Vitamin C. Beberapa makanan yang dianjurkan sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, telor dan daging
5. Istirahat yang cukup
6. Jika anda atau orang tua anda mengalami gejala dan tanda demensia yang dipaparkan diatas hendaknya periksa ke dokter spesialis kejiwaan untuk melakukan pemeriksaan mini mental stage dan tes kognitif.


Perawatan Demensia di rumah


Apabila anda memiliki orangtua atau keluarga yang mengalami demensia, sikap kita sebagai pendamping sebagai berikut:
1. Anda harus membantu dan mendampingi pasien demensia dalam menjalani proses pengobatan yang direkomendasikan dokter. Bahkan, mengatur jadwal pengobatan rutin lanjutan agar kondisi tubuhnya tetap sehat.
2. Anda perlu membantu pasien untuk melakukan perawatan diri, seperti meningatkan jadwal makan dan menyiapkan makanan yang sehat, mengingatkan jadwal mandi, serta jadwal ibadah..
 3. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dengan cara menggunakan pilihan kata yang mudah dimengerti, tidak terburu-buru, dan gunakan gestur tubuh untuk menunjukkan suatu hal.
  4. Hindari membentak dan bersikap emosional terhadap orang tua yang mengalami demensia karena mereka juga tidak mau sakit demikian. Saat orang telah menjadi lansia sikap dan sifatnya kembali kekanak-kanakan sehingga diharapkan anak dan keluraga bersikap lemah lembut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun