Mohon tunggu...
Tri Ratnawati dr
Tri Ratnawati dr Mohon Tunggu... Dokter - Dokter umum

Menulis, memasak

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Selayang Pandang tentang Skizofrenia

14 Juli 2023   21:14 Diperbarui: 14 Juli 2023   21:20 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skizofrenia atau dalam istilah awam dikenal istilah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) merupakan insan manusia yang harus dimanusiakan. Acapkali ODGJ dipandang sebelah mata dan diunderestimatekan, padahal 50% ODGJ yang terkontrol obat dan telah menjalani terapi perilaku mampu beraktivitas maupun produktif sebagaiman oranglain. 

Tulisan ini hanya selayang pandang saya sebagai dokter umum untuk sedikit mengulas ODGJ atau skizofrenia dalam medis.

Berdasarkan buku pedoman penatalaksanaan gangguan skizofrenia, definisi skizofrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi realita, disorganisasi dan kemiskinan psikomotorik. Skizofrenia merupakan bagian dari psikotik. 

Data riskesdas 2018 menyebutkan masalah kesehatan mental emosional (depresi dan kecemasan) meningkat menjadi 9.8% dari awalnya sekitar 6% pada riskesdas 2013.

Gejala skizofrenia  memiliki 2 gejala utama yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif meliputi waham, halusinasi, dan gangguan pikiran formal. Gejala negatif merefleksikan tidak adanya fungsi yang ada pada kebanyak orang. Secara ringkas gejala skizofrenia meliputi:

  • Halusinasi bisa berupa pendengaran, penglihatan, pembau, rangsangan
  • Delusi atau adanya keyakinan tanpa bukti aktual
  • Gejala kognitif meliputi gangguan konsentrasi, gagap dan bingung.

Proses terjadinya skizofrenia erat dikaitkan dengan genetik, gangguan neurotransmiter dalam otak. adapun neurotransmiter yang terkait dengan skizofrenia adalah dopamin, serotonin, noreepinefrin, gaba dan glutamat serta faktor psikososial. 

Faktor genetik, diduga semakin dekat hubungan keluarga dengan penderita skizofrenia semakin besar risiko untuk menderita skizofrenia. Transmisi genetiknya, masih belum begitu jelas dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Aktivitas dopaminergik yang berlebihan  diduga menjadi penyebab skizofrenia, dimana jaras dopaminergik, mesolimbik dan mesokortikal merupakan proyeksi dari badan - badab sel di mid brain ke neuron dopaminoseptif disistem limbik dan korteks serebral.

Aktivitas serotonin yang berlebihan akan menyebabkan munculnya gejala positif dan gejala negatif.  Sementara proses degeneratif neural noreepinefrin reward neural system akan menyebabkan hilangnya perasaan senang atau dikenal annhedonia.

Ulasan medis saya ingin, bermaksud agar kita sebagai manusia merubah mindset bahwa skizofrenia bukanlah proses yang disebabkan oleh kesurupan, gangguan jin atau santet.

Keluarga memiliki peran penting dalam pendampingan pasien dengan skizofrenia, karena pendampingan berperan dalam menjamin akses ke perawatan dan memberikan dukungan tambahan untuk pasien pengidap skizorenia.

Apabila anda memiliki saudara atau kerabat dengan kondisi skizofrenia, alangkah baiknya memberikan dukungan mereka berupa:

  • Dengarkan dan validasi
  • Jangan paksa untuk berubah
  • Tetap terhubung
  • Bantu penderita membuat rencana perawatan
  • Dorong untuk melakukan perawatan medis

Jika pasien mengalami kondisi gaduh gelisah seperti mengamuk dan memiliki ide bunuh diri, segera bawa pasien skizofrenia tersebut ke rs yang memiliki layanan kejiwaan, dengan terlebih dahulu meminta bantuan ke tenaga kesehatan fasilitas primer untuk melakukan restrain dengan obat-obatan sehingga tidak melukai pasien maupun penolong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun