Poin paling sulit dalam berumah tangga adalah berkompromi prinsip, ego dan pemikiran. Tulisan ini berisi hasil refleksi diri sebagai perayaan satu bulan saya menikah. Bisa jadi apa yang saya tuliskan disini dinilai bias sebab umur pernikahan saya yang masih sangat singkat. Tetapi, boleh jadi apa yang saya tuliskan disini menjadi bahan yang perlu diingat oleh pasangan yang sudah puluhan tahun menikah.
Menurut saya, satu kunci rumah tangga minim pertengkaran adalah dengan mengurangi banyak peraturan. Boleh dibilang tidak banyak orang yang menyukai peraturan. Sebab, alam bawah sadar kita menilai sebuah peraturan sebagai penghalang kebebasan kita sebagai manusia. Kebebasan yang terhalang akan membangun situasi diri yang tertekan.Â
Tekanan inilah yang akan memunculkan sikap untuk melindungi diri. Jika sudah begini, perkataan dan tindakan yang dilakukan oleh pasangan kita dinilai sebagai sebuah ancaman inilah yang menyebabkan munculnya pertengkaran.
Lebih konkritnya mengurangi banyak peraturan adalah dengan membebaskan suami-istri melakukan aktivitasnya selama itu tidak menyimpang dari kesepakatan krusial (bagi saya; komitmen menjaga ikrar pernikahan, setia dan bertanggung jawab melaksanakan kewajiban sebagai suami-istri).Â
Hal-hal seperti; suami meletakan handuk di kasur, suami mengambil baju di lemari dengan ceroboh, suami tidak membawa titipan barang, menu makan yang dinginkan berbeda dan hal serupa lainnya saya sebagai istri tidak menjadikan hal-hal itu sebagai sebuah permasalahan.Â
Begitu juga sebaliknya; jika istri tidak menyiapkan kopi/teh di pagi hari, istri tidak memasak, tidak bebersih rumah dan hal serupa lainnya suami tidak menjadikan hal-hal itu sebagai sebuah permasalahan. Meskipun demikian antara suami dan istri harus memiliki batasan dan kesadaran diri sampai sejauh mana tindakan-tindakan itu dilakukan.
Pengalaman saya di minggu-minggu awal pernikahan melihat kebiasaan baru suami seperti menaruh piring kotor dimana saja, menaruh gelas kopi dilantai kemudian tertendang dan air kopi kemana-mana, berkali-kali lupa tidak membuang sampah ke TPA, memasak dengan berantakan, baju kotor ada dimana-mana. Membuat saya stress karena berulang kali harus membereskan "kekacauan" yang dibuat suami.Â
Terlebih saya menghendaki rumah harus rapi dan wangi. Kehendak saya ini memunculkan banyak peraturan tapi nyatanya peraturan ini selalu saja dilanggar oleh suami dan membuat saya semakin stress, marah dan kelelahan. Sampai akhirnya saya jatuh sakit dan harus bed rest selama satu minggu.
Di masa-masa sakit saya itulah saya refleksi diri apa yang bisa saya lakukan untuk tidak stress, marah dan kelelahan dalam menjalani peran baru sebagai istri. Untuk bagian bebersih rumah, saya hanya membersihkan rumah pada malam hari sebelum tidur. Dari pagi-malam saya biarkan rumah berantakan. Untuk bagian cuci pakaian, saya menjadwalkan setiap hari Rabu dan Sabtu.Â
Untuk bagian memasak, saya bebaskan suami di dapur karena suami saya senang memasak. Saya tidak akan memaksakan sesuatu kepada suami saya begitu juga sebaliknya. Untuk sementara in, satu kunci ini cukup untuk meminimalisir pertengkaran serta membuat hati ringan dan riang menjalani peran baru sebagai istri ataupun suami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H