Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, biaya dokumentasi pernikahan senilai Rp 9.000.000 cukup menguras kantong. Belum lagi biaya make up artist, tenda dan dekorasi pernikahan apalagi biaya konsumsi untuk tamu undangan. Jika dikalkulasikan kecil kemungkinan total keseluruhan acara pernikahan hanya mencapai Rp 20.000.000. Total biaya pesta pernikahan yang tidak sedikit itu, mengundang banyak kisah sedih dari pasangan pengantin dan/atau pihak keluarga. Mulai dari renggangnya hubungan antar keluarga, terlilit hutang diawal pernikahan, depresi hingga perceraian.
Tulisan ini berisi pengalaman saya memutuskan untuk menikah secara sederhana setelah melakukan riset sederhana kepada beberapa teman yang telah menikah dan belum menikah terkait pesta pernikahan.
Jika saya bertanya kepada pasangan yang sudah menikah, banyak dari mereka yang menyarankan untuk tidak mengeluarkan banyak uang untuk pesta pernikahan dengan alasan kebutuhan setelah menikah jauh lebih banyak.Â
Bisa dibilang banyak dari mereka menyesal telah menghabiskan tabungannya atau bahkan memaksakan untuk berhutang demi mengadakan pesta pernikahan. Sedangkan pasangan yang belum menikah menganggap pesta pernikahan harus berkesan dan mewah dengan alasan menikah hanya sekali seumur hidup. Riset sederhana itu memperkuat keputusan saya untuk menikah secara sederhana.
Setelah satu bulan menikah, saya menyadari bahwa keputusan saya untuk melakukan pesta pernikahan sederhana merupakan keputusan yang tepat. Sebab, memang benar adanya jika kebutuhan setelah menikah jauh lebih banyak dan penting. Adapun gambaran kasar dari rincian total biaya pernikahan saya; jasa MUA Rp 550.000, wedding dress saya beli bekas dengan harga Rp 650.000, dokumentasi pernikahan Rp 850.000, tenda dan dekorasi di dalam rumah serta gerabah Rp 4.700.000. Rencana awal, acara ijab akan dilaksanakan di rumah sehingga saya membayar Rp 600.000, tetapi mendekati hari H ada perubahan dimana acara ijab dilaksanakan di kantor KUA. Gambaran kasar ini belum termasuk biaya konsumsi dan operasional selama tiga hari pesta pernikahan.
Ada beberapa manfaat dari konsep pernikahan sederhana; pertama, alokasi budget pernikahan (MUA, Wedding dress, dokumentasi, tenda&dekorasi) bisa dialihkan ke konsumsi. Sehingga makanan yang disajikan untuk tamu lebih pantas dan sopan. Kedua, tidak menguras tabungan dan berhutang. Ini manfaat yang paling penting, pandangan saya untuk apa menghabiskan banyak uang hanya untuk satu sampai tiga hari padahal awal dari pernikahan adalah setelah pesta itu usai.Â
Dengan konsep pernikahan tersebut saya mampu menyisihkan uang untuk membayar kontrakan selama satu tahun, membeli kendaraan (motor) untuk mobilitas sehari-hari, membeli kulkas dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Jangan sampai diawal pernikahan sudah memiliki hutang dan tidak memiliki tabungan. Sebab tidak dipungkiri bahwa finansial memegang peranan penting dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. Banyak sekali kasus perceraian disebabkan oleh kondisi finansial yang tidak sehat.
Memilih untuk menikah mewah ataupun sederhana memang hak tiap orang. Tetapi yang perlu digarisbawahi jangan sampai memaksakan diri atau memaksakan calon pasangan beserta keluarga untuk mengadakan pesta pernikahan yang diluar batas kemampuan.Â
Saya berpendapat batas kemampuan yang dimaksud disini adalah jumlah tabungan yang sudah ada. Jangan sampai melampaui batas tersebut dan kalau bisa yang digunakan untuk membiayai pesta pernikahan kurang dari 50% tabungan yang ada. Agar setelah menikah, sudah memiliki modal dana darurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H