Sejak Maret 2020 pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar, bekerja dan beribadah dari rumah. Kebijakan ini dikeluarkan sebagai upaya menekan penyebaran virus Covid-19 agar tidak semakin meluas. Terhitung sudah hampir satu tahun virus ini masuk ke Indonesia, namun banyak pihak menilai grafik kasus Covid-19 di Indonesia masih belum mencapai puncak. Terlebih, diakhir tahun 2020 WHO mengkonfirmasi adanya mutasi virus corona baru yang disinyalir lebih mudah menular. Situasi yang masih belum stabil ini, membuat beberapa pemerintah daerah memperpanjang kebijakan terkait pembelajaran secara daring, meskipun menteri pendidikan sudah mengizinkan adanya pembelajaran secara luring.
Terhitung sudah sepuluh bulan pembelajaran daring dilaksanakan, banyak sekali keluhan yang disuarakan bukan hanya oleh civitas akademik, namun juga orang tua siswa. Adapun kendala dan keluhan paling banyak disuarakan seperti; media pembelajaran, ketersediaan kuota, jaringan internet dan ketidaksiapan guru serta siswa terhadap pembelajaran daring. Perpindahan sistem belajar secara konvensional ke pembelajaran daring secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan matang membuat guru dan siswa dipaksa untuk cepat beradaptasi.
Berdasarkan hasil riset kecil-kecilan dengan tujuh guru Sekolah Menengah Kejuruan, kendala yang paling dirasakan adalah terkait proses penyampaian materi pelajaran, sebab ada beberapa materi pelajaran yang harus dijelaskan secara langsung dan lengkap. Terlebih  materi Sekolah Menengah Kejuruan lebih banyak bersifat praktek daripada teori. Kendala ini yang membangun asumsi para guru, bahwa pembelajaran daring hanya efektif dalam hal penugasan kepada siswa bukan dalam proses pemberian materi.
Kendala dan keluhan pembelajaran daring juga dirasakan oleh siswa apalagi sedari sekolah dasar hingga masuk sekolah menengah terbiasa dengan sistem dikte. Dimana guru menjelaskan materi dan siswa secara pasif menangkap materi tersebut tanpa ada upaya mencari dan menggali lebih lanjut materi yang akan dan sudah disampaikan. Perubahan sistem belajar ini, tidak sedikit membuat siswa merasa kaget dan sulit untuk beradaptasi. Alhasil, wajar jika banyak pengakuan dari siswa yang merasa tidak mendapatkan apa-apa selama pembelajaran daring berlangsung.
Meskipun demikian, jika ditelaah lebih lanjut pembelajaran daring memang memaksa siswa untuk belajar secara otodidak. Pembelajaran daring akan efektif jika siswa aktif tidak hanya berperan sebagai pihak penerima materi saja. Namun, juga sebagai pihak yang mencari dan menggali materi pembelajaran yang relevan. Sehingga aktivitas pembelajaran daring lebih kepada memantapkan ilmu yang sudah digali secara mandiri. Jika siswa mampu merubah peran menjadi pihak aktif dalam proses belajar mengajar, bisa jadi hasil dari pembelajaran daring akan jauh lebih berdampak daripada pembelajaran secara konvensional.
Bersyukurnya, era digitalisasi saat ini memberikan kemudahan untuk mendukung proses belajar secara otodidak. Banyak sekali sumber pengetahuan yang dapat diambil manfaat untuk mendukung proses pembelajaran secara daring. Sumber pengetahuan di media internet memang luas dan memuat banyak sudut pandang seperti tulisan di website/blog, audio di podcast dan audio-video di platform Youtube.
Merubah sistem belajar yang semula terbiasa dengan sistem dikte menjadi belajar secara otodidak memang tidak mudah. Daya dan upaya yang harus dikeluarkan dua-tiga kali dari pada sistem dikte. Kita harus benar-benar membaca silabus pembelajaran terlebih dahulu, agar sebelum pembelajaran daring dimulai setidaknya sudah ada gambaran tentang materi apa yang akan disampaikan oleh guru. Selain itu, dengan membaca dan menggali materi yang akan guru sampaikan juga membuat kita mengetahui hal-hal penting yang masih menjadi pertanyaan dan mengetahui poin mana yang perlu dimantapkan dengan bantuan guru. Sistem ini memang terkesan cukup ribet pada awalnya. Namun, apalah daya bisa kita lakukan dengan situasi yang tidak banyak pilihan. Satu-satunya cara memang harus cepat beradaptasi.
Terlepas dari kesulitan itu, belajar secara otodidak memiliki banyak manfaat. Selain agar tidak bergantung dengan pihak lain, belajar secara otodidak juga mampu mendorong kita dalam hal;
1. Berfikir Kritis dan Kreatif
Belajar secara mandiri atau otodidak membuat kita terbiasa menganalisis suatu persoalan. Tidak hanya sekedar menerima saja tapi juga menganalisis munculnya asal sebuah asumsi atau teori. Selalu bertanya apa, kenapa, bagaimana ini dan itu muncul. Sebab, saat kita belajar secara otodidak artinya kita sedang mengajari diri kita sendiri tentang suatu persoalan. Sehingga, kita akan tau persis mana yang kita ketahui dan tidak ketahui. Selain itu, sebab kita sedang mengajari diri kita sendiri maka secara otomatis akan mendorong diri untuk mencari banyak jalan yang bertujuan mencapai pemahaman atas suatu persoalan, inilah yang membuat kreativitas kita senantiasa terasah.
2. Disiplin
Sebab belajar secara otodidak menuntut kita untuk mengetahui dengan pasti silabus pembalajaran maka akan ada banyak langkah yang harus dilalui sebelum pembelajaran daring dimulai. Sehingga, memiliki manajemen waktu yang baik saat belajar secara otodidak adalah penting. Karena jika tidak memiliki manajemen waktu yang baik maka akan keteteran dan akhirnya buyar begitu saja. Memiliki manajemen waktu yang baik dan dijalankan dengan konsisten akan membuat diri kita terbiasa disiplin. Tidak akan banyak waktu untuk rebahan dan gabut, sebab kita tau dengan pasti apa yang harus dilakukan agar proses pembelajaran daring tidak sia-sia.
3. Memiliki Kemampuan Problem Solving
Belajar secara mandiri artinya menggantungkan semuanya kepada diri sendiri. Sebab itu, proses mengenali, menganalisis dan mencari jalan keluar terhadap sebuah persoalan sangat dominan dalam proses belajar secara otodidak ini. Sehingga, tidak heran jika seseorang terbiasa belajar secara mandiri ia akan memiliki kemampuan problem solving yang baik.
Tidak dipungkiri bahwa pendemi menggeser bahkan merubah tatanan kehidupan kita, termasuk dalam proses belajar. Meskipun demikian, pembelajaran daring yang secara tidak langsung memaksa kita untuk belajar secara otodidak juga membawa banyak dampak baik dalam pembangunan karakter dan kemampuan kita. Situasi ini akan berdampak positif dikemudian hari jika kita mampu mengambil resiko untuk keluar dari zona nyaman. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H