Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Aku Berproses di Tengah Pandemi

22 Desember 2020   12:00 Diperbarui: 22 Desember 2020   12:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Situasiku disaat Pandemi

Maret 2020 seluruh masyarakat Indonesia mulai waspada saat Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa telah ditemukan adanya pasien 0. Banyak masyarakat di kota besar mulai mengalami panic buying dengan memborong bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga apalagi keperluan medis seperti handsanitaizer, masker, termometer dan vitamin. Belum lagi banyak warga di perkampungan mulai inisiatif melakukan aksi lockdown untuk membatasi akses keluar masuk orang di wilayah mereka. Adanya aksi lockdown ini membuat jalanan lebih sepi dari biasanya, kendaraan yang melintas bisa dihitung dengan jari, apalagi setelah adanya himbauan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah meskipun himbauan ini masih banyak diperdebatkan.

Situasi tersebut juga dirasakan oleh aku yang sedang merantau di Yogyakarta. Warga disekitar tempat tinggalku juga melakukan aksi lockdown, dimana portal di ujung jalan ditutup dan adanya posko Covid-19 yang dijaga oleh bapak-bapak layaknya sedang ronda. Setiap ada anak kos melintasi portal, akan ditanya; kos dimana? Mau kemana? Dari mana? Selanjutnya akan diminta untuk cuci tangan dengan sabun dan air yang sudah disiapkan. Selain itu, warga sekitar juga mulai serius menerapkan jam malam, dimana saat sudah jam 9 malam portal akan ditutup. Sebab adanya protokol ini Aku malas untuk bolak-balik keluar melintasi portal.

Tidak berhenti disitu, di bulan yang sama Universitas tempatku belajar juga menghimbau kepada seluruh civitas akademik untuk melakukan proses belajar mengajar dari rumah. Banyak dari teman-teman kosku yang memutuskan untuk pulang kampung sebab adanya himbauan ini. Berbeda denganku, aku memutuskan untuk tetap berada diperantauan sebab kampung halamanku di Jawa Tengah masuk dalam zona merah. Keputusan ini berdasarkan pertimbangan resiko di perjalanan dari Yogyakartka ke Jawa Tengah dan resiko kesehatanku dan orang tuaku.

Berada di perantauan selama masa pandemi, dengan situasi indekos relatif sepi, belajar secara daring, situasi sekitar indekos terasa mencekam membuatku banyak menghabiskan waktu sendirian. Pada awalnya, kesendirian ini membuatku sangat bosan, bingung sampai mengalami cabin fever apalagi aku tinggal di kamar kos dengan luas 3x3m. Aku menghabiskan waktu dengan streaming Youtube, scrolling Instagram, nonton film dan rebahan. Sampai akhirnya aku benar-benar bosan dengan rutinitas tersebut dan aku mulai terpancing untuk mempertanyakan banyak hal.

Aku yang Mulai Bertanya-Tanya 

Banyak waktu sendiri dan mengalami kebosanan membuatku banyak berpikir tentang diriku sendiri. Beberapa artikel mengatakan untuk keluar dari situasi ini aku harus rutin melakukan gratitude journal sebelum tidur. Dan aku melakukan saran itu kurang lebih selama 2 minggu, hasilnya cukup memuaskan. Pikiranku lebih ringan, selain itu setiap bangun pagi aku sudah memiliki rencana apa yang akan aku lakukan di hari ini meskipun hanya di dalam kamar saja. Hal itu, membuatku merasa lebih bersemangat. Anehnya, aku lebih merasa sukarela bangun dan mandi pagi saat sedang pandemi daripada hari-hari biasa. Tips: gratitude journal sebaiknya ditulis tangan daripada menulis melalui handphone atau laptop sebab menulis secara konvensional membuat kita mengeluarkan usaha yang lebih sehingga membuat kita akan lebih mudah untuk mengingat sesuatu yang telah ditulis.

Beberapa pertanyaan tentang diri sendiri;

Apa yang membuatku bahagia/sedih/kecewa/marah?

Pencapaian apa yang telah aku lakukan selama ini? 

Pelajaran hidup apa yang aku peroleh sampai detik ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun