Tidak jarang seseorang yang mengalami ini mudah terserang stress dan burnout. Masa pandemi menjadi waktu yang tenang untuk mengenali diri sendiri sebab paling tidak pandemi ini mengembalikan waktu 45 menit yang dihabiskan untuk bersiap-siap ke kantor.
Hidup Minimalis Sebuah Kenormalan Baru
Sudah hampir satu tahun kita berada di situasi baru yang berbeda dengan beberapa tahun lalu. Situasi "istimewa" ini semestinya juga mendatangkan solusi yang istimewa, seperti hidup minimalis. Sudah zaman hidup hanya berfokus pada keinginan sampai melupakan kebutuhan diri dan sudah bukan zamannya untuk hidup secara tidak berkesadaran. Pandemi mengajarkan bahwa mempersiapkan solusi anti mainstream menjadi satu hal yang patut dilakukan untuk terus bertahan hidup di era digitalisasi, modernisasi dan globalisasi saat ini.
Paling tidak ada tiga hal yang didapatkan seseorang saat bernerapkan gaya hidup minimalis pasca pandemi; Pertama, tidak lagi menganggap remeh dana darurat. Hanya segelintir yang mengetahui tentang pentingnya mempersiapkan dana darurat sedini mungkin, sampai akhirnya situasi krisis ini terjadi.Â
Pola pikir hidup minimalis yang mengedepankan hidup secara berkesadaran membuat aktivitas konsumsi yang dilakukan berlandaskan alasan logis, hal ini membawa seseorang untuk terus mempertanyakan ulang saat akan membeli barang baru. Dengan sering mempertanyakan ulang dalam proses belanja kemungkinan akan menekan seseorang untuk mengeluarkan uang. Alhasil, seseorang lebih sadar dengan literasi keuangan.
Kedua, menikmati masa kini atau mindfull. Tidak banyak orang yang mampu menjadi penikmat masa kini apalagi bagi anak muda usia 20-an yang lebih sering berfokus dengan masa depan atau bahkan terpaku pada masa lalu. Jadi, apa yang sedang terjadi saat ini seringkali tidak dinikmati dan terlewatkan begitu saja sampai akhirnya menyesal sudah melewatkan momen-momen penting.Â
Pandemi selama satu tahun ini semakin menyadarkan bahwa masa depan tidak mampu diprediksi dan penuh dengan ketidakpastian. Sehingga, mensia-siakan masa kini hanya karena terlalu overthinking dengan masa depan atau menyesali masa lalu bukan menjadi pilihan bijak untuk menyukuri nikmat Tuhan.Â
Hidup minimalis memberikan kemudahan seseorang untuk hidup secara mindfull atau berkesadaran. Sebab dengan adanya pola pikir minimalis, semua pikiran yang "tidak berguna" akan otomatis terbuang. Alhasil, hidup lebih ringan, bahagia dan tenang.
Ketiga, materi bukan lagi menjadi yang utama. Pandemi memaksa seseorang ada di rumah saja menyadarkan bahwa barang yang selama ini kita miliki dan pamerkan tidak berarti apa-apa.
 Selain itu, terbatasnya bertemu dengan orang lain membawa seseorang untuk mencari cara baru menampilkan eksistensinya dengan menghasilkan karya dibanding memamerkan barang-barang kasat mata. Hidup minimalis, membawa seseorang untuk menyadari sesuatu yang lebih dalam daripada hanya sekedar mengejar materi dan impresi orang lain. Alhasil, proses pengenalan diri tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan tetapi menjadi sebuah proses yang menyenangkan.
Kisah pandemi dan hidup minimalis membawa kesimpulan bahwa bukan hanya menggunakan masker, sering cuci tangan dan jaga jarak saja yang musti dijalankan dalam "normal yang baru", tetapi hidup minimalis juga patut kiranya dijadikan sebagai sebuah kenormalan baru.