Mohon tunggu...
Umul Khasanah
Umul Khasanah Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Santun berbahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berkomunikasi di Dunia Maya Tanpa Bullying

11 Januari 2022   23:50 Diperbarui: 11 Januari 2022   23:51 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Penyuluhan  kepada Karang Taruna desa Plunturan Ponorogo oleh Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya dan ULAP.org  Denmark 

Oleh: Umul Khasanah dan Amherstia Pascarina

Komunikasi digital telah menjadi bagian dari hidup sehari-hari bagi sebagian besar manusia pada peradaban masa ini. Di Indonesia, kemudahan komunikasi secara langsung dirasakan oleh manusia di berbagai tempat, termasuk di pedesaan. Teknologi informasi digital menjadi keniscayaan. 

Instalasi digital juga  telah tersedia secara cukup di desa Plunturan, kecamatan Pulung kabupaten Ponorogo, sehingga masyarakat telah memanfaatkan fasilitas komunikasi digital ini dengan sangat baik. Hal ini membuka luas keluar masuknya informasi di desa ini. Masyarakat desa Plunturan dengan tanpa batas dapat mengakses informasi secara luas di dunia maya. Dan tentu sebaliknya, mereka juga dapat mengirimkan informasi dari dalam desa ini ke berbagai penjuru dunia secara maya.      

Kemudahan berselancar di dunia maya bagi masyarakat desa Plunturan, membuahkan website desa ini sebagai desa  wisata budaya. Pengenalan unsur budaya lokal yang sangat berharga ini menjadi aktif. Generasi muda khususnya, juga memperkenalkan budaya desa mereka melalui akun pribadi media sosial. 

Namun, pergaulan yang sangat bebas dalam media sosial ini dapat memicu pengaruh positif dan negatif. Salah satu pengaruh yang sangat mudah diterima dalam interaksi di media sosial adalah pengaruh penggunaan bahasa. Berkembangnya keterampilan teknologi, pengetahuan,  kosakata, keterampilan berkomunikasi, strategi berbahasa dan lainnya, merupakan dampak positif yang sangat menguntungkan. 

Namun, di sisi lain dampak negatif juga sangat berpotensi muncul. Kurangnya aktivitas fisik untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai akibat dari kemudahan teknologi, ideologi dan pemikiran yang tidak sesuai, pengetahuan tentang perbuatan yang tidak sesuai dengan moral sendiri sehingga berpotensi diikuti dengan sengaja atau tidak sengaja, penggunaan kosa kata secara buruk atau cara berbahasa yang tidak sesuai dengan tatanan moral berbahasa. 

Edukasi moral atau etika di sekolah yang secara umum tidak memiliki  porsi waktu belajar yang memadai, menyebabkan kedangkalan pengetahuan dan kemampuan beretika dalam interaksi atau bermasyarakat. Edukasi secara langsung dalam masyarakat, sebenarnya diharapkan cukup membuat generasi muda ini lebih memperdalam pengetahuan dan memperbanyak praktik interaksi beretika. 

Sayangnya, sebelum mereka menguasai keterampilan berinteraksi dalam masyarakat secara beretika, mereka telah terlebih dahulu memperoleh pengaruh perilaku yang kurang baik dari dunia maya, khususnya media sosial. Khususnya etika berbahasa yang kadang dilakukan untuk tujuan bullying atau perundungan, atau pemberian perlakuan merendahkan dan kasar secara lisan dan perbuatan. 

Di dunia maya, yang banyak terjadi adalah perundungan atau bullying secara bahasa. hal inilah yang menjadi fokus penyuluhan kepada masyarakat desa Plunturan, dengan tujuan agar masyarakat memperoleh pengetahuan tentang perundungan atau bullying dan cara menghindarkan diri melakukan perbuatan perundungan di dunia maya  atau cyber bullying.

Umul Khasanah yang merupakan dosen Ilmu Bahasa bersama dengan Amherstia Pasca Rina yang seorang Psikolog dan dosen ilmu Psikologi dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dibantu oleh 4 mahasiswa yakni Chindy Hasna Ammatullah dan  Salwa Laila Syam Halimatus Rafida dari prodi Sastra Jepang, serta  Muchammad Rizal dan Ferly Tiara Putri dari Fakultas Psikologi memberikan penyuluhan Literasi Digital tentang pemahaman cyber bullying khususnya wujudnya dalam bentuk bahasa. 

Selain itu, Marilag Dimatulac dan Joanna Hipolitodua dua pakar IT dari organisasi nirlaba  non pemerintah dari Denmark yang bekerjasama dengan Untag Surabaya, ULAP.org,  juga memberikan penjelasan dan gambaran bahwa   lebih penting memanfaatkan internet untuk menggali banyak informasi positif, khususnya untuk pengembangan diri daripada membiarkan diri masuk dalam memberikan atau menanggapi kata-kata yang tidak bermoral.  

Cyber bullying atau perundungan dalam dunia maya khususnya media sosial ini harus memahami dan peka terhadap adanya perundungan dalam dunia maya untuk berusaha menghentikannya, atau setidaknya menghindarinya. 

Dalam hal ini diperlukan  kesadaran semua pihak agar menjaga etika khususnya etika berbahasa untuk tidak melakukan perundungan. Bahasa digunakan untuk keperluan komunikasi dan harus digunakan secara positif dalam membangun peradaban yang baik. 

Semua kemudahan teknologi dan komunikasi seharusnya dipergunakan untuk kebaikan dan menyebarkan kebaikan. Bukan untuk menebar keburukan, kebencian, dan caci maki. Apa yang dibaca di dalam media sosial, belum tentu merupakan gambaran dari keadaan yang sebenarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun