Kendati demikian, Abror mengaku bukan tidak takut untuk mulai pembelajaran tatap muka di tengah lonjakan kasus Covid-19. Namun, ia mengaku telah lelah selama sembilan bulan melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau daring.
Hal serupa juga diungkapkan Intan, siswi kelas XII salah satu Madrasah swasta di Kabupaten Bungo, Jambi. Intan mengaku mendukung rencana pembelajaran tatap muka pada Januari 2021 mendatang dengan penuh semangat.
Remaja asal Sinamar Dharmasraya Sumbar itu mengaku kesusahan selama ini mengikuti pembelajaran secara daring. Intan mengaku kesulitan memahami materi ketimbang pembelajaran tatap muka.
Berbeda dengan Abror, Intan justru tak takut untuk melakukan pembelajaran secara langsung di masa pandemi. Menurut dia, lingkungan pesantren di Bungo Jambi selama ini mereka belajar telah menerapkan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
Sebab, lingkungan tempat Intan sekolah dijaga ketat dari interaksi masyarakat luar, kecuali siswa yang tinggal di pesantren.
Namun ada beberapa siswa yang masih mengaku gamang terkait rencana untuk kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Dia mengaku khawatir pembukaan sekolah akan menggerek jumlah kasus Covid-19 yang besar nantinya.
Namun di sisi lain, menurut dia, proses pembelajaran sekolah harus mulai disimulasikan sebab akhir pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan oleh pemerintah.
Dengan demikian, pemerintah, dalam pengawasan penerapan protokol kesehatan, tidak bisa terlepas kepada para pemuka-pemuka agama dan terutama para ulama, karena mereka juga sudah mengetahui bahaya dan dampak dari wabah, atau yang disebut covid 19 yang terjadi dalam beberapa bulan ini. Mereka juga para ulama ikut kebagian dalam mengurus ummat dan pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H