Mohon tunggu...
Berita UMS
Berita UMS Mohon Tunggu... Penulis - Dikelola oleh Bidang Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

UMS Unggul Mencerahkan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Toleransi Beragama di Rusia, Begini Pengalaman Menarik Mahasiswa UMS saat Jalani Program IISMA 2024

31 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:04 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SURAKARTA -- Muhammad Qadri Ramadhan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang terpilih sebagai penerima beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024, berbagi pengalaman mengenai kehidupan beragama di Rusia, sebuah negara yang dikenal dengan keragaman budaya dan religinya.

Dalam wawancara, Qadri menjelaskan bahwa meskipun mayoritas penduduk Rusia beragama non-Islam, dengan lebih dari 50% di antaranya mengidentifikasi sebagai ateis, toleransi beragama di sana cukup tinggi. Ia mencatat bahwa hanya sekitar 5-10% populasi yang merupakan Muslim.

Muhammad Qadri Ramadhan. Dok Humas UMS
Muhammad Qadri Ramadhan. Dok Humas UMS

"Alhamdulillah, mereka sangat bisa menghargai," ujarnya mengenai sikap toleran masyarakat setempat, Selasa, (29/10).

Selama berada di Rusia, Qadri mengalami tantangan saat berusaha menjalankan ibadah.

"Ketika kami awal-awal mengurus dokumen administrasi, kami berusaha mencari tempat untuk salat. Dalam situasi terburuk, kami pernah salat di emergency exit di mall," cerita Qadri, menggambarkan aktivitas beribadah meskipun menghadapi kesulitan.

Kendati demikian, ia merasa didukung oleh lingkungan sekitarnya seperti hubungannya dengan teman sekamar.

"Roommate saya berasal dari Bali dan beragama Hindu. Dia sangat menghargai kebiasaan saya beribadah, bahkan sering bertanya tentang Islam dan keberagaman di Indonesia," tambahnya.

Interaksi ini, menurut Qadri, menciptakan suasana yang saling menghormati dan membuka ruang dialog mengenai perbedaan keyakinan.

Qadri juga mencatat bahwa meskipun penampilan fisik mereka berbeda, terutama warna kulit yang lebih gelap dibandingkan orang lokal, ia tidak pernah merasakan perlakuan diskriminatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun