Mohon tunggu...
Berita UMS
Berita UMS Mohon Tunggu... Penulis - Dikelola oleh Bidang Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta

UMS Unggul Mencerahkan Semesta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rupiah Melemah Pengaruhi Ekonomi Indonesia, Ini Kata Pakar Ekonom UMS!

25 Juli 2024   09:41 Diperbarui: 25 Juli 2024   09:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Turunnya harga komoditas berdampak pada nilai ekspor Indonesia. Hal tersebut terjadi pada ekspor hasil pertambangan yang turun 15,05 persen. Impor Indonesia secara kumulatif dari bulan Januari-Mei 2024 mencapai US$ 91,19 miliar atau turun 0,42 persen. Artinya, meskipun terjadi surplus neraca perdagangan, ekspor Indonesia cenderung menurun. Ekspor dan impor yang cenderung menurun bisa diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi," tegasnya.

Lantas bagaimana cara mengurangi tekanan pada kurs Rupiah dengan kebijakan yang terkait ekspor dan impor? Jelas diperlukan langkah-langkah komprehensif untuk menata industri nasional. Namun, langkah strategis pertama yang sangat utama, yakni membangun industri dengan kandungan lokal yang tinggi.

Dekan FEB UMS itu mengungkap kondisi perekonomian sekarang sedikit mirip dengan situasi menjelang krisis ekonomi tahun 1998. Pada masa itu, industri manufaktur, terutama tekstil bahan baku dan bahan mentahnya, baik itu berupa serat kapas, linen, wol, sutera maupun serat sintetis, sebagian besar diimpor. Bahkan pewarna tekstil masih impor. Praktis hanya menyisakan tenaga kerja yang masih lokal.

"Secara umum, kebijakan yang harus segera dilaksanakan pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengatasi pelemahan kurs Rupiah terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kebijakan bagi pelaku bisnis dan kebijakan bagi masyarakat," kata Dekan FEB UMS itu.

Kebijakan bagi pelaku bisnis, pertama, memberikan insentif dan fasilitasi bagi pelaku bisnis yang berinovasi menggunakan atau menambah bahan baku lokal untuk bisnis yang berorientasi ekspor.
Kedua, Bank Indonesia (BI) harus mengevaluasi dan menjaga agar kepatuhan eksportir untuk menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) terus meningkat. BI mencatat, tingkat kepatuhan eksportir sumber daya alam untuk menyimpan DHE di dalam sistem perbankan dalam negeri mencapai 95 persen.

Ketiga, pemerintah dan Bank Indonesia perlu melakukan diversifikasi alat pembayaran perdagangan internasional, baik berupa mata uang selain US Dollar atau bahkan memperluas alat pembayaran dalam bentuk cryptocurrency.

"Sementara di sisi lain, masyarakat memerlukan edukasi dan literasi yang memadai, untuk turut berpartisipasi dalam menjaga kurs Rupiah tetap stabil. Pertama, membeli produk dalam negeri. Beberapa merek lokal di industri fesyen dan makanan saat ini sudah menjadi pilihan masyarakat. Kebangkitan produk lokal merupakan sebuah cara menarik masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri," paparnya.

Kedua, masyarakat membutuhkan edukasi untuk tidak mengambil kesempatan pada saat Rupiah melemah. Misalnya, melakukan aksi spekulasi dengan US Dollar.

Dia menegaskan, dua hal tersebut bisa jadi dianggap hal kecil, tapi sungguh bisa membantu persoalan tekanan pada kurs Rupiah. (Fika/Humas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun