ums.ac.id, SURAKARTA -- Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) menggelar Konferensi Mufasir Muhammadiyah 'Seminar, Lokakarya, dan Konsolidasi Mufasir Muhammadiyah' yang berlokasi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 10-12 November 2023.
Wakil Rektor IV UMS, Prof., Dr., dr., Em Sutrisna, M.Kes., mengucapkan selamat datang kepada peserta Konferensi Mufasir Muhammadiyah di UMS.
"Alhamdulillah ini kami sering menjadi tempat acara Persyarikatan Muhammadiyah, mulai dari ranting hingga acara pusat. Kami sangat berbahagia dalam memberikan dan melayani tamu-tamu dari Persyarikatan," ungkap WR IV UMS pada acara pembukaan, Jumat, (10/11).
Mudah mudahan, lanjutnya, yang dikerjakan dalam acara ini menyelesaikan tafsir at-Tanwir ini dapat memberikan hasil yang maksimal, sesegera mungkin selesai. Em Sutrisna juga menyampaikan bahwa UMS akan siap menerima kedatangan para tamu jika nantinya ada agenda yang serupa.
Dalam sambutannya, Ketua MTT PPM, Dr., Hamim Ilyas, M.A., menyampaikan alhamdulillah pada hari ini berkesempatan untuk menghadiri konferensi yang sudah lama direncanakan oleh divisi Tafsir. Keikutsertaan peserta Konferensi Mufasir Muhammadiyah dilalui melalui seleksi dengan mengirimkan abstrak sebanyak 90 an lebih, dan yang diterima hanya satu. Sehingga menyingkirkan 30% pendaftar yang lain, yang mudah-mudahan peserta ini dapat berpartisipasi untuk penyelesaian tafsir at-Tanwir.
"Kegiatan ini menjadi ukuran keberhasilan Majelis Tarjih, bukan periode ini bahkan sejak pertama berdiri. Jadi kalau bisa menyelesaikan tafsir ini, berarti sudah meringankan beban majelis tarjih sejak dulu, sejak 100 tahun yang lalu, itu luar biasa dan akan direncanakan saat launching 100 tahun Majelis Tarjih.," tegasnya.
Menurutnya, ini merupakan beban yang berat dan tidak akan akan terselesaikan, apabila yang mengerjakan hanya dari PP saja. Maka perwakilan dari peserta dari Majelis Tarjih Wilayah, dilibatkan dalam menyusun tafsir ini. Selain melibatkan dalam penafsiran at-Tanwir, acara ini juga untuk mensosialisasikan terkait nilai-nilai yang ingin di kembangkan, oleh Tafsir at-Tanwir yakni tentang kultur agama, kultur ilmu pengetahuan, kultur sosial, dan kultur ekonomi.
Pengembangan kultur di Muhammadiyah, tambah Hamim, adalah dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dengan mengembangkan 4 kultur tersebut.
Dengan munculnya konglomerat religious, maka akan merubah masyarakat modern dari masyarakat materialistik menjadi masyarakat yang memperhatikan keberagamaan. Itu lah yang disebut dengan Islam Kaffah, Islam yang sebenar-benarnya. Demikiaan itu kalau dipahami merujuk pada pengertian Islam Kaffah, maka memiliki makna orientasi peradaban secara materi dan spiritual sekaligus. Sehingga umat Islam itu sebagai masyarakat, dapat mengembangkan peradaban dengan materi dan spiritual. Contohnya, masjidnya bagus, kampusnya bagus dan punya perusahaan yang bagus pula.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof., Dr., Haedar Nasir, M.Si., menyampaikan Khutbah Iftitah terkait urgensi Tafsir at-Tanwir bagi Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa Indonesia.