Ke empat trend tersebut adalah kerancuan epistemologi, sistem hukum dan politik yang buruk, kejahiliyahan di dalam domain tradisi sosial dan kebudayaan, serta watak kesombongan, fanatisme, rasisme. Maka untuk mengaktaulisasikan RIB, 4 diksi yang disebut oleh Allah tidak boleh ada.Â
Pada kesempatan lain, Ketua Majelis Tablig itu menerangkan bahwa muatan dari RIB itu bersifat universal, tidak hanya untuk warga Muhammadiyah, tapi semua umat manusia.
"Nilai-nilai yang termuat di dalam RIB itu berisi hal-hal yang fundamental. Memang ada hal hal yang sifatnya eksklusif, seperti berasaskan Al Quran dan As Sunnah dan seterusnya, saya kira itu sifatnya normatif," katanya saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta, tentang apakah di Indonesia bagian timur akan disampaikan mengenai RIB?.
Sehingga hal demikian yang bersifat ekslusif tidak dapat dipaksakan untuk disampaikan kepada mahasiswa yang non muslim, melainkan akan menyampaikan hal yang bersifat universal seperti toleransi, bukan pada aspek keyakinan. Hal tersebut lah yang menjadi spirit dari RIB.
Dia juga mengatakan bahwa Kris-Muha, istilah untuk penganut agama Kristen tetapi bermuhammadiyah. Mereka ini gembira dan senang dengan toleransi dan pelayanan dari Muhammadiyah, yang tidak diskriminatif, dan mereka juga rela untuk menjadi penopang kegiatan Muhammadiyah. (Maysali/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H