"Kemudian yang ke dua dari spirit azizul hakim, yaitu dia yang maha perkasa dan bijaksana. Perkasa itu kan kuat, dan tidak ingah-ingih kalau bahasa jawanya," jelasnya.
Menurutnya, warga Muhammadiyah itu tidak boleh ingih ingih. Penampilan harus keren dan meyakinkan, bisa berdiri tegak tetapi tidak sewenang-wenang.
"Kemudian pelajaran ke tiga, yaitu ayat ke dua itu tentang apabila kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Konsekuensi dari ayat ke dua As-Saff itu pimpinan ataupun warga Muhammadiyah harus memberi contoh nyata," tambahnya.
Insyaa Allah kalau ke tiga poin ini, tentang ketulusan, bijaksana, dan memberi contoh, itu akan menjadi gerakan yang dicintai oleh Allah SWT.
"Setelah itupun masih banyak godaan, karena akan banyak orang yang mencela. Padahal kita sudah berusaha dengan keras, tulus tetapi masih saja di paido kalau bahasa jawanya," pungkasnya.
Sehingga, tegas dia, pendidikan dan kaderisasi itu dimulai dari diri sendiri. Kalau kata Pak Dahlan Rais yang selalu saya ingat itu bukan kaderisasi kita tidak berhasil, tetapi ekspektasi kita saja yang ketinggian, karena dalam kenyataannya Muhammadiyah sampai sekarang juga terus berkembang.
Â
Pada akhir sesi halal bihalal, panitia membagikan doorprize untuk 10 peserta yang beruntung. (Fika/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H