ums.ac.id, SURAKARTA - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Prof., Dr., Sofyan Anif, M.Si mendapatkan penghargaan tokoh inspiratif di bidang Manajemen Pendidikan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta.
Penghargaan tersebut diberikan dalam rangkaian perayaan Hari Pers Nasional (HPN), pada Pentas Kethoprak yang dilakukan di Auditorium Sarsito Mangoenkoesoemo Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta, pada Selasa malam (28/2), dengan mengangkat lakon "Panji Ngengleng".
Wakil Rektor I, UMS Prof., Dr., Harun Joko Prayitno, M.Hum., mewakili Rektor UMS, menerima penghargaan yang diberikan oleh PWI Surakarta. Harun menyatakan bahwa salah satu bentuk inovatif yang dilakukan oleh Rektor UMS adalah dalam pengembangan mendesain pembelajaran, yaitu dengan konsep Adaptif, Progresif, dan Moderatif (APM), dan integrasi Kuliah Kerja Nyata (KKN), kemitraan internasional dengan pengabdian masyarakat internasional.
Selain itu, Prof Harun Joko Prayitno juga berpartisipasi dalam pentas tersebut dengan memerankan peran, Lembu Merdadu. Dalam lakon tersebut, Lembu Merdadu yang diperankan oleh Harun berusaha menyuarakan masalah kemiskinan dan pendidikan di wilayahnya.
"Lembu Merdadu ingin menyuarakan bahwa kawulanya masih banyak yang miskin, nah miskin itu menyebabkan tidak bisa mengenyam pendidikan. Tidak bisa mengenyam pendidikan karena miskin," terangnya.
Dia juga menjelaskan bahwa di mana pun dan di negara mana pun terdapat hubungan sebab-akibat antara miskin dan pendidikan.
"Di mana pun, di negara mana pun, di belahan negara mana pun, selalu ada hubungan kasualitas antara miskin dan pendidikan. Untuk memotong itu tidak ada cara lain (selain) menanamkan soft skill lewat pendidikan, itu untuk bisa mengurai kemiskinan," lanjut Prof. Harun.
Dia mengaku ketika memerankan Lembu Merdadu, dia mengalami beberapa kali kesalahan dialog, dan dia juga menyatakan jika dia mendapatkan kesempatan lain untuk memainkan peran lagi, dia yakin akan lebih ekspresif lagi dalam memerankannya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Anas Syahirul Alim menyampaikan, pagelaran wayang orang ini bertujuan untuk melestarikan apa yang menjadi warisan dari leluhur.
"Kami sengaja mengajak para tokoh untuk ikut menguri-uri budaya, seni tradisi, dan juga agar kami bisa memahami bahwa seni ini harus kita rawat dan juga ini sebagai sarana edukasi masyarakat, kemudian juga jadi sarana silaturahmi. Jadi ini sarana menyampaikan pesan dan sebagainya," terang Anas. (Maysali/Humas)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H