Selain belajar budaya, mereka juga mengikuti rangkaian kegiatan lain, seperti international class metodologi penelitian bidang pendidikan, visiting lecture tentang perkembangan anak usia dini, dan musik untuk stimulasi anak usia dini, paper presentation, dan membuat media belajar anak usia dini.
Dari rangkaian acara ini, Dr Septi berharap agar mahasiswa bisa bertukar tak hanya tentang budaya, tapi juga pengetahuan, baik akademik maupun non akademik. Dan nantinya, semoga Umsida juga bisa mengikuti kegiatan pertukaran secara internasional.
Kesan mahasiswa internasional
Chloe, salah satu mahasiswa yang ikut dalam kegiatan ini mengaku tertarik dengan kegiatan ini.Â
"Udeng ini sangat menarik. Menurut saya, mungkin udeng ini awalnya adalah penutup kepala orang-orang yang tinggal di hutan. Lalu mereka mengambil dedaunan sebagai warna dan motif kain udengnya," ucap mahasiswa S2 semester 1 ini.
Seiring berjalannya waktu, sambung Chloe, model udeng berubah dan berkembang menjadi benda pakai dan aksesori kepala dan lama kelamaan menjadi budaya lokal. Ia tidak merasa kesulitan dalam membuat udeng ini. Karena saat kuliah, ia sudah sering praktek membuat kerajinan tangan.
Lihat juga: 16 Mahasiswa Universiti Malaya Kunjungi Umsida
"Walau stepnya cukup banyak, tapi kalau menyimak cara pembuatannya, itu sangat jelas. Saya senang bisa belajar budaya lokal di sini, sangat seru," tutupnya.
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H