Produksi sampah di Indonesia, termasuk Kabupaten Sidoarjo, mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan rata-rata 2 kg sampah per orang per hari. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan populasi dan aktivitas industri menyebabkan peningkatan timbulan sampah, terutama di daerah padat penduduk dan industri.
Banyaknya sampah ini dapat menyebabkan pencemaran dan perubahan iklim, terutama melalui pelepasan gas metana selama proses pemecahan anaerobik. Hal ini dikarenakan infrastruktur pengelolaan sampah yang tidak memadai turut memperparah masalah sampah di beberapa daerah.
Lihat juga: Dosen Umsida Jelaskan Kesinambungan 3 Ilmu Pengetahuan Alam Ini dan Nilai-Nilai Islam
Melihat kondisi tersebut, Ilmi Usrotin Choiriyah MAP, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dari program studi Administrasi Publik mengadakan pemberdayaan masyarakat melalui program bank sampah di Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo. Dalam penelitiannya, ia memiliki 4 cara pemberdayaan masyarakat.
Upaya Pengelolaan Sampah melalui Bank Sampah:
- Bank Sampah sebagai Solusi: Pembentukan bank sampah menjadi salah satu solusi untuk untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah.
- Konsep Bank Sampah: Berfungsi sebagai sistem pengumpulan dan daur ulang sampah secara komersial, seperti menjual atau daur ulang.
- Implementasi di Indonesia: Ada upaya konkrit dalam implementasi bank sampah di Indonesia, seperti di Sidoarjo yang melayani nasabah dan mengelola ton sampah setiap bulannya.
- Pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle): Program bank sampah melibatkan pendekatan 3R, yaitu mengurangi sampah, menggunakan kembali barang, dan mendaur ulang sampah untuk menciptakan produk bernilai ekonomis.
4 pemberdayaan masyarakat tentang bank sampah
Bina manusia
Merupakan konsep yang menekankan peningkatan kapasitas dan kemampuan individu dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam mengelola sampah di bank sampah. Beberapa cara yang dilakukan dalam pemberdayaan ini seperti:
Membuat program pelatihan: Program pelatihan mencakup serangkaian sesi pelatihan kepada warga dengan fokus pada teknik mengubah sampah non-organik menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis.
Sosialisasi pengelolaan sampah: Sampah dapat digunakan kembali dan memiliki nilai ekonomi jika manajemen yang baik.
Penguatan Dukungan Pemerintah Lokal: : Mendorong pemerintah daerah untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan, termasuk dukungan teknis dan pendidikan terkait pengelolaan sampah.
Lihat juga: Finance BUEKA, Aplikasi Keuangan Koperasi Buatan Mahasiswa Umsida
Pembentukan Komunitas: Mendorong pembentukan komunitas pengelola sampah di tingkat rumah tangga untuk meningkatkan keberlanjutan praktik pengelolaan sampah.
Bina usaha
Pertumbuhan sektor bisnis dapat berkontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan dan perekonomian. Jadi, ada beberapa hal yang bisa dikembangkan untuk memanfaatkan bank sampah, seperti:
Aktivasi jaringan UKM: Mengaktifkan jaringan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) dalam kegiatan jual beli daur ulang.Â
Penimbangan sampah secara kolektif: Sampah yang telah dikumpulkan akan ditimbang dan dicatat dalam rekening nasabah di bank sampah. Lalu, dijual kepada pengepul dan mendapatkan keuntungan.
Membuat produk daur ulang: Sampah yang telah dikumpulkan dapat dimanfaatkan kembali menjadi benda pakai seperti tas, dompet, vas bunga, tong sampah, dan lainnya melalui jejaring sosial.
Bina Lingkungan
Membangun lingkungan yang berkelanjutan dalam aktivitas bisnis memerlukan perhatian yang komprehensif terhadap aspek fisik dan sosialnya. Beberapa hal yang bisa dikembangkan seperti:
- Inisiatif tanggung jawab sosial: Mengembangkan inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terfokus pada proyek-proyek yang meningkatkan kondisi sosial di sekitar bank sampah. Bisa berupa pembangunan fasilitas publik, dukungan pendidikan, atau kesehatan masyarakat.
- Fasilitas sosial: Memastikan adanya fasilitas sosial yang memadai, seperti pusat pelatihan, pusat pelayanan masyarakat, atau tempat-tempat pertemuan untuk mendukung program sosial yang dilakukan bank sampah.
Bina Kelembagaan
Selain melibatkan aspek pengembangan individu, usaha, dan lingkungan, terdapat juga upaya untuk memperkuat struktur kelembagaan. Penguatan kelembagaan dalam konteks bank sampah dilakukan melalui:
- Pembentukan koperasi atau perkumpulan: Mendorong pembentukan koperasi atau perkumpulan masyarakat di tingkat kelurahan untuk mengelola bank sampah. Kelembagaan ini dapat memainkan peran penting dalam pengawasan, pengelolaan, dan penanggung jawab atas kegiatan bank sampah.
- Optimalisasi Peran RT/RW: Mengoptimalkan peran RT/RW dalam pengelolaan sampah. Dukungan dan pelibatan aktif dari tingkat RT/RW dapat membantu mensosialisasikan program, memfasilitasi pelatihan, dan memantau pelaksanaan di tingkat masyarakat.
Dari pemberdayaan itu, terdapat beberapa kendala yang ditemui. Namun kendala tersebut masih bisa diantaranya:
Kurangnya Pemahaman Masyarakat. Hal ini bisa diatasi dengan cara:
- Intensifikasi Sosialisasi: Melakukan sosialisasi yang lebih intensif tentang pentingnya pemilahan sampah dan dampak positifnya bagi lingkungan. Gunakan metode edukasi yang kreatif dan melibatkan masyarakat aktif dalam kegiatan sosialisasi.
- Penyuluhan Rutin: Menjadwalkan kegiatan penyuluhan rutin mengenai pemilahan sampah di tingkat kelurahan. Dalam penyuluhan ini, dapat melibatkan pemangku kepentingan seperti guru, tokoh masyarakat, atau petugas lingkungan.
Lihat juga:Â Civitas Umsida: Film Hamka dan Siti Raham Vol 2 Layak Jadi Panutan
Rendahnya Kemampuan Masyarakat. Cara mengatasinya yaitu:Â
- Pelatihan Reguler: Menyelenggarakan pelatihan reguler tentang pengelolaan sampah dan pemilahan sampah. Fokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara yang benar untuk mengelola dan memilah sampah.
- Kampanye Edukasi: Menggunakan kampanye edukasi yang berkelanjutan melalui media lokal, seperti spanduk, brosur, atau papan informasi. Kampanye ini harus mengandung informasi yang sederhana dan mudah dipahami.
Kurangnya Keterampilan Masyarakat. Solusi dari masalah ini adalah:
- Pelatihan Keterampilan: Mengadakan pelatihan keterampilan praktis terkait pengelolaan sampah. Fokus pada pengolahan sampah yang dapat memberikan nilai ekonomi, seperti kerajinan tangan dari bahan daur ulang.
- Dukungan Pendampingan: Meningkatkan dukungan pendampingan secara langsung oleh pihak bank sampah. Pendampingan ini dapat membantu masyarakat mengatasi kendala dan menumbuhkan minat serta keterampilan dalam pengelolaan sampah.
Perluasan Partisipasi Masyarakat. Solusinya yaitu:
- Program Insentif: Mengimplementasikan program insentif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program bank sampah, seperti penghargaan atau reward bagi masyarakat yang aktif dalam pengelolaan sampah.
- Kolaborasi dengan Sekolah: Melibatkan sekolah sebagai mitra strategis dalam upaya edukasi. Program pendidikan sekolah dapat membantu menyebarkan informasi tentang pengelolaan sampah kepada siswa dan keluarganya.
Optimalisasi Pendampingan dan Pelatihan. Cara mengatasinya adalah:
- Audit Pelatihan: Melakukan audit terhadap program pelatihan yang sudah dilaksanakan untuk mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan. Hasil audit dapat digunakan untuk perbaikan dan penyesuaian program.
- Fokus pada Keberlanjutan: Meningkatkan fokus pada keberlanjutan pelatihan dengan menyediakan bahan-bahan edukasi berkelanjutan dan memastikan pendampingan berkelanjutan untuk masyarakat.
Dengan mengimplementasikan rekomendasi ini, diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat melalui program Bank Sampah Kampung Edukasi Sampah di Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
Â
Sumber:Â Ilmi Usrotin Choiriyah MAP
Penulis: Romadhona S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H