Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Terjal dan Kontroversial Dinasti Politik Jokowi

16 Desember 2023   06:27 Diperbarui: 16 Desember 2023   06:27 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Direktur PolMark Research Centre Eep Saefulloh Fatah dalam siaran bocoran hasil surveinya yang tersebar di media sosial seminggu lalu, mengungkapkan secara terang benderang perlawanannya, untuk mengalahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam waktu dua bulan. Targetnya, Sang Presiden harus turun.

4 krisis Jokowi

Eep menyebutkan ada 4 krisis, krisis moral terkait penetapan capres dan cawapres, krisis dukungan politik (jokowi kehilangan lebih 50 persen dukungan politik), krisis kebijakan (gagalnya kebijakan), dan krisis elektoral.

Baca juga: Umpo Laksanakan Kegiatan Benchmarking SPI ke Umsida

Keempat krisis itu menjadi ancaman bencana politik bagi Jokowi yang juga selain itu, fakta bahwa tidak adanya capaian yang signifikan. Perlu langkah penyelamatan, dan kecenderungannya adalah dengan membentuk trah politik di Indonesia.

Dok presidenri
Dok presidenri

Munculnya dinasti politik

Keluarga adalah orang yang memiliki kedekatan secara personal dan rela berkorban bagi anda, karenanya iameletakkan kepercayaan kepada dan memanfaatkan keluarga. Untuk itu membangun dinasti politik menjadi solusi keselamatannya: dinasti Jokowi.

Dinasti ini menyaingi politik trah yang telah ada: trah Soekarno, Soeharto, Abdul Rahman Wahid, Soesilo Bambang Yudhoyono.

Tragisnya, trah dinasti politik presiden ke-8 ini dibentuk dari cara-cara yang "tidak etis," pelanggaran etika berat, dengan memanfaatkan dimensi kekeluargaan tersebut. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman, yang berstatus sang paman, memberikan karpet merah bagi Gibran Rakabuming Raka (36 tahun).

Gibran pun melenggang menjadi wakil Presiden Prabowo Subianto. Bahwa capres dan cawapres tidak ada batasan minimal usia, meski dari kalangan muda-belia diperbolehkan asal pernah menjadi pimpinan kota atau daerah.

Akibat dinasti politik

Kebijakan MK tersebut menuai kecaman keras dari hampir semua elemen bangsa karena keputusan yang menyesuaikan dengan kondisi sang keponakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun