Anang Ma'ruf, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) baru saja menorehkan prestasinya melalui kompetisi Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke-17. Kompetisi ini diadakan di Universitas Brawijaya, Malang. Ia berhasil meraih juara dua setelah meningukti lomba ini selama seminggu penuh (3-9/11/2023).
Lomba ini merupakan kompetisi tingkat nasional yang diperuntukkan untuk mahasiswa. Sehingga ia bersaing dengan mahasiswa seluruh Indonesia hingga akhirnya meraih juara dua pada di kategori MHQ (Musabaqah Hifzhil Quran) 20 juz.Â
Dalami Al Quran sejak kecil
Anang, sapaan akrabnya, telah mendalami ilmu tahfidz sejak ia duduk di bangku sekolah. Saat itu lah ia mulai mengenal dan belajar membaca Al Quran. Namun, Anang mulai menghafal surat-surat Al Quran ketika dia mengenyam pendidikan di pondok pesantren sejak SMP hingga SMA.
Lihat juga: Atlet Bela Diri Ini Lulus Sebagai Wisudawan Berprestasi Umsida
"Saya belajar baca Alquran dari Iqro. Tapi mulai menghafal pas masuk di pondok pesantren SMP sampai SMA tepatnya di Ponpes Ibnu Abbas Sragen, Jawa Tengah. Jadi selama enam tahun di situ saya menghafal Alquran. Mulai kelas 7 SMP sampai khatam hafalan kelas dua SMA. Jadi kurang lebih lima tahun saya menyelesaikan hafalan Alquran tiga puluh juz, Alhamdulillah," tuturnya.
Kendala saat belajar tahfidz
Walaupun telah mendalami bidang Tahfidz `sejak kecil, Anang masih kerap mengalami kesulitan yang menurutnya kesulitan tersebut bersifat subjektif.
"Tiap penghafal Alquran merasakan kesulitan di tempat yang berbeda. Kalau yang saya alami itu kadang ketidakstabilan kkndisi hati saja sih, kadang semangat dan kadan malas ketika menghafal. Terlebih lagi ketika murojaah (mengulang hafalan) yang telah dihafal," ucap mahasiwa semester tiga ini.
Lihat juga: Tak Diizinkan Sang Ayah, Wisudawan Berprestasi Ini Buktikan Prestasi Bela Dirinya
Kesulitan berikutnya yang dirasakan Anang yakni terletak di beberapa surat di dalam Alquran. Ada beberapa surat yang biasanya terkesan atau terasa mudah dihafal karena sudah sering didengar atau dibaca, "Yang sedikit susah itu menghafal surat yang jarangdibaca atau kuta dengar, biasanya seperti itu,".
Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Anang memiliki teknik menghafal dengan caranya sendiri, yakni mulai dari juz 30 dan lkma juz dari belakang, yakni jus 30 sampai juz 26. Setelah itu, baru Anang menghafal ayah suci dari depan. Anang melakukannua secara bertahap tanda ada metode khusus.
Ia hanya memerlukan konsistensi dalam memperlajari Al Quran. Iya hanya menggunakan metode menghafal tapi dibarengi dengan murojaah atau mengulang-ulang hafalan. Ia memberikan contoh kasus yang biasanya ia temui. Misalnya, seseorang hanya fokus menghafal Al Quran saja. Setelah khatam hafalan, baru mereka mulai murojaah. Menurutnua, jika seseorang memilih teknik seperti itu akan rawan lupa dengan hafalannya. Karena mereka hanya menghafal sekali tanpa mengulangi hafalannya.