Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Nature

Suhu Bumi Tahun 2023 Terpanas Sepanjang Sejarah, Ini Kata Pakar Umsida

18 September 2023   14:14 Diperbarui: 18 September 2023   14:20 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa wilayah di Indonesia hingga dunia merasakan suhu yang amat panas di tahun 2023. Seperti Amerika, Jepang, Eropa, dan beberapa negara di Asia. Bahkan Nasa mencatat bahwa musim panas tahun ini memiliki suhu terpanas sepanjang sejarah sejak 1880 dengan kenaikan suhu sekitar 1,8 celcius. Ditambah lagi, akhir-akhir ini kerap terjadi kebakaran lahan atau hutan yang dapat menambah naiknya suhu dan mengurangi habitat vegetasi.

Lalu, apakah penyebab naiknya suhu di bumi yang melanda beberapa negara? Apakah pemanasan global jadi satu-satunya sebab? Berikut ahli sains Umsida, Dr Septi Budi Sartika MPd memberikan tanggapan atas peristiwa ini.

Lihat juga: WO Jadi Tersangka Kebakaran Bromo, Dosen Manajemen Event Umsida Beri Tanggapan

Naiknya suhu di bumi tahun ini bisa disebabkan karena adanya El Nino yang menyebabkan pemanasan global. El Nino merupakan fenomena iklim yang ditandai dengan naiknya suhu yang lebih tinggi dari suhu normal. El Nino terjadi saat angin ke arah barat di Samudra Pasifik sangat lemah yang membuat air hangat menumpuk di Pasifik timur.

Sebab lain naiknya suhu bumi adalah adanya gelombang panas yang melanda beberapa negara seperti Meksiko, China, dan beberapa negara di Amerika. Dr Septi akan menjelaskan lebih jauh terkait penyebab terjadinya kenaikan suhu yang cukup tinggi ini.

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Penyebab naiknya suhu di bumi:

1. Pemanasan global

Pemanasan global sudah menjadi perbincangan karena menjadi salah satu faktor perubahan suhu di bumi. Global warming ini terjadi karena adanya peningkatan suhu atmosfer, laut, dan daratan. Suhu di bumi naik sekitar 1,18 celcius dalam satu abad terakhir. Kadar karbondioksida di udara juga meningkat yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia.

"Penyerapan karbondioksida yang baik hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan, hanya saja tumbuhan yg mampu menyerap karbon dioksida yg secara optimal masih melalui proses penelitian," ujar Dr Septi.

Untuk mengatasi hal ini, lanjutnya, bisa memanfaatkan tanaman lidah mertua yang mampu menyerap karbondioksida lebih baik dari pada pohon. 

2. Hutan yang berkurang

Naiknya suhu di bumi juga bisa diakibatkan oleh berkurangnya vegetasi di hutan. Banyaknya tanaman yang berkurang ini disebabkan oleh beberapa hal seperti penggundulan hutan yang digunakan untuk pembangunan, pengambilan kayu secara ilegal di hutan, dan juga kebakaran hutan akibat kemarau panjang.

Tidak adanya vegetasi ini membuat karbondioksida yang seharusnya diikat oleh tanaman di hutan terlepas ke udara hingga membuat suhu menjadi lebih hangat.

Lihat juga: Tanggapi Kasus Rempang, Pakar Hukum Umsida: Mediasi Harus Dioptimalkan

3. Penggunaan AC

"Penggunaan AC juga berdampak pada kenaikan suhu di bumi, AC juga melepaskan karbondioksida ke udara yang merupakan salah satu faktor terjadinya efek rumah kaca," lanjut dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan ini.

Bagian dari AC yang menyebabkan kenaikan suhu bumi adalah freon. Jenis freon yang terdapat pada pendingin ruangan yang berdampak buruk bagi bumi (penipisan lapisan ozon) adalah chloro fluoro carbon (CFC). 

Jika jenis freon ini terus digunakan, maka penipisan ozon akan terus berlangusng. Akibatnya, ozon semakin sulit untuk melindungi bumi dari paparan sinar matahari yang berbahaya dan membuat suhu di bumi semakin panas.

4. Industri yang menggunakan fosil

Fosil merupakan salah satu bahan utama untuk membuat bahan bakar, seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Fosil tersebut berasal dari tumbuhan dan hewan yang sudah lama terkubur di dalam bumi dan memiliki banyak manfaat.

Namun, dampak buruk penggunaan fosil sebagai bahan bakar juga memiliki banyak dampak negatif, yang paling banyak ditemui yakni adanya polusi. Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil akan mengeluarkan banyak karbondioksida, merkuri, dan sulfur dioksida ke udara yang  menyebabkan perubahan iklim.

Perusahaan yang memanfaatkan fosil membuat polusi udara yang cukup berbahaya sehingga bisa menyebabkan emisi gas rumah kaca yang membuat bumi semakin panas. Industri yang menggunakan fosil juga bisa merusak struktur tanah. Hal ini dikarenakan pencarian fosil yang harus mengeruk lapisan tanah cukup dalam agar bisa mendapatkan fosil tersebut untuk keperluan industri.

Selain itu, lahan penghijauan di sekitar akan berkurang apalagi jika bekas tambang itu tidak dibenahi atau hanya sekedar dibiarkan saja. Tentu kawasan tambang menjadi gundul dan tidak bisa kembali seperti semula yang membuat lingkungan semakin panas karena kurangnya tumbuhan.

Lihat juga: Tanggapi Judi Online, Pakar Hukum Umsida: Aparat Bisa Bekerjasama dengan Google

"Sebenarnya, manusialah yg mempunyai andil besar dalam mengerem semua aktivitasnya sehingga tetap memperdulikan alam sekitarnya. Dalam QS Asy-Syura: 27, penyebab kerusakan bumi adalah ulah manusia itu sendiri yang melampaui batas (berlebih-lebihan). Alquran menjelaskan sebagai solusi dengan melestarikan alam sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT dan tidak berperilaku boros dalam pemanfaatan alam," lanjut Dr Septi.

Apakah naiknya suhu di tahun 2023 ini bisa diminimalisir ke depannya? Dr Septi mengiyakan hal tersebut namun semua harus kompak. 

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Cara pencegahannya bisa dimulai dari hal kecil, seperti:

  1. Menghemat energi saat penggunaan AC atau menggunakan kipas angin m
  2. Menanam tanaman penyerap karbondioksida khususnya di daerah lawan polusi 
  3. Menanam pepohonan di area industri untuk mencegah polusi
  4. Melakukan reboisasi saat pepohonan di hutan setelah menebang pohon

Lihat juga: Long March Ecoton dan Gabungan Mahasiswa Kritisi Sampah Industri di Kali Brantas

Narasumber: Dr Septi Budi Sartika MPd

Referensi: CNBC Indonesia, Kompas

Penulis: Romadhona S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun