Mohon tunggu...
Umsida Menyapa
Umsida Menyapa Mohon Tunggu... Jurnalis - Humas
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humas Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hujan Buatan dan Hapus Pertalite, Efektif Tangkal Polusi Udara?

3 September 2023   12:34 Diperbarui: 3 September 2023   12:45 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lihat juga: MK Perbolehkan Parpol Kampanye di Tempat Pendidikan, Pakar Hukum Umsida Beri Tanggapan

Atasi Polusi Udara Melalui Hujan Buatan

Sumber: Pexels
Sumber: Pexels

Pemerintah juga sudah mulai membuat terobosan guna cegah polusi ura, yaitu membuat hujan buatan. Proses teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan adalah dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air). Hal tersebut membuat proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. 

'Hujan buatan ini termasuk Teknologi Modifikasi cuaca (TMC). Metode ini tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan oleh alam. Artinya, jika awannya banyak maka dapat menginkubasi lebih banyak dan otomatis akan menghasilkan hujan yang lebih banyak juga, begitu pun sebaliknya," terang dosen yang rajin melakukan riset tentang udara ini.

Selanjutnya, Dr Rini juga belum sependapat jika adanya hujan buatan ini efektif tangkal polusi udara. Alasannya adalah air hujan bisa menarik partikel PM 2,5 (partikel polusi) saat bergerak melalui atmosfer sebelum partikel tersebut jatuh ke tanah. Melalui proses coagulation atau pembekuan ini, jumlah partikel polusi yang ada di udara akhirnya bisa menurun, dan kualitas udara akan membaik. 

"Tapi, semua ini bergantung pada intensitas hujan dan ukuran partikel polusi, dan konsentrasi polusi. Jika intensitas hujan besar maka makin banyak partikel yang tertarik, akan tetapi jika konsentrasi polusi tinggi juga hanya sedikit yang tertarik oleh air hujan partikelnya dan tentunya hanya partikel yang berukuran lebih besar dari PM 2,5, terutama PM 10, tandas Dr Rini.

Dengan demikian, sambungnya, hujan buatan hanya bisa dijadikan sebagai solusi sementara atau solusi jangka pendek. Perlu pemecahan solusi jangka panjangnya dengan pengendalian sumber polusi yang ada.

Lihat juga: Menyongsong Indonesia Sebagai Kiblat Industri Halal

Saat ini, Dr Rini sedang melakukan riset terkait pencemaran udara dari cerobong tak bergerak di wilayah Sidoarjo, yaitu berkaitan dengan debu atau partikulat dengan membuat alat ukur debu atau partikulat menggunakan sensor debu. Riset ini ia lakukan di jalan Raya Candi Sidoarjo. Dari hasil pengukuran dan sebaran hasil pengukuran, dinyatakan debu atau partikulat masih dibawah baku mutu udara ambien. Hal ini menunjukkan adanya kualitas udara yang masih aman di daerah ini.

Wawancara eksklusif: Dr S Syahrorini ST MT

Penulis: Romadhona S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun