"AI akan memberikan output sesuai kasus eksisting dengan nilai bobot yang serupa. AI tidak memiliki keampuan untuk befikir kreatif karena AI = Program Komputer = Do as Programmed," ujar Pak Irwan menambahkan penjelasan tentang cara kerja AI.
Dengan penjelasannya tentang AI tersebut, Pak Irwan pun meluruskan opini publik bahwa AI bisa menggantikan peran-peran keagamaan yang ada pada ulama.
"Insya Allah jawaban dari AI sepertinya tetap merujuk fatwa ulama. Sehingga peran ulama tidak dapat digantikan," ujarnya menandaskan.
"Sehingga kedepan, peran-peran kecil dan berulang (seperti perhitungan, pencarian data dan informasi) dapat dipermudah oleh komputer sehingga manusia dapat lebih cepat dan akurat dalam mengambil keputusan," tambahnya.
Pak Irwan menegaskan, bahwa sebagai umat muslim, wajib mempercayai bahwa dibukanya ilmu dunia seperti teknologi AI ini pasti dengan ijin Allah Azza wa Jalla.
"Ibroh yang didapat adalah perkembangan AI ini merupakan ujian dari Allah Azza Wa Jalla, apakah manusia meningkatkan kualitas ibadahnya atau tidak. Mengingat perkembangan teknologi memungkinkan manusia lebih banyak memperoleh kemudahan pada aspek waktu, energi dan sebagainya," ungkap pak Irwan.
Sejatinya patut disyukuri sebagai sarana mempermudah ibadah umat muslim. Seperti pesawat terbang mempermudah safar dalam rangka ibadah haji. Telepon, internet mempermudah silaturahim dan silaturahmi.
Irwan menjelaskan bahwa AI memungkinkan mesin untuk belajar dari pengalaman, menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugas seperti manusia. Dengan demikian, sebenarnya AI tidaklah seperti yang digambarkan oleh orang awam akan menggantikan peran-peran para pakar, lebih-lebih peran ulama dalam bidang keagamaan.
Dalam hal ini AI sebenarnya tidaklah secerdas manusia karena tidak didesain untuk problem solving.
"Insya Allah begitu," pungkas pak Irwan.
Â