Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fenomena Langit ke Tujuh pada Peristiwa Isra' Mi'raj

30 Januari 2025   09:26 Diperbarui: 30 Januari 2025   09:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimensi empat geraknya bukan hanya ruang, tetapi juga gerak waktu. Kita hidup di dimensi empat, yaitu dimensi ruang dan waktu. 

Karena kita selalu mengukur berdasarkan ukuran seperti besar, kecil, jauh, dekat dan waktu seperti: masa lalu, sekarang, masa depan, lama dan sebentar.

Untuk memahami perjalanan antar waktu, kita ibaratkan ada alam dua dimensi berbentuk bidang "" besar. Sebut saja makhluk di alam tersebut berupa semut. Semut untuk berpindah dari ujung "" yang satu ke ujung lain harus menempuh jarak yang jauh. 

Kita hidup di ruang tiga dimensi dengan mudahnya mengangkat semut tersebut dari satu ujung ke ujung lainnya. Mengajak semut tersebut keluar dari dimensi dua menuju dimensi tiga. Jaraknya jelas lebih pendek. 

Demikianlah analogi sederhana perjalanan antar dimensi. Mekanismenya di luar kemampuan sains, tetapi Allah telah memperjalankan hamba-Nya, Rasulullah bersama Jibril yang memang berada di luar dimensi yang lebih tinggi dari dimensi ruang dan waktu. 

Logika sains seperti ini hanya untuk menunjukkan bahwa Isra' Mi'raj bukan hal yang mustahil memperjalankan Rasulullah dengan jasadnya, dan bukan hanya sekedar ruh.

Bersama Jibril, Rasulullah keluar dari dimensi ruang dan waktu yang membatasi pola pikir manusia pada jarak dan waktu. Sedangkan waktu dalam dimensi ruang tidak mungkin berjalan mundur. 

Dengan keluar dari dimensi ruang dan waktu, Rasulullah tidak lagi terikat oleh jarak dan waktu. Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dapat dilakukan sekejap, sementara Rasulullah masih bisa mengamati kafilah dalam perjalannya dan tetap bisa merasakan fenomena fisik dimensi ruang dan waktu, seperti minum susu yang ditawarkan Jibril.

Rasulullah pun juga dapat berdialog dengan para Nabi karena tidak ada lagi batasan waktu. Rasulullah juga mendapat gambaran surga dan neraka yang juga bukan fenomena ruang-waktu kita, sehingga tidak mungkin dijelaskan secara tepat di mana dan kapan terjadinya.

Langit ke Tujuh Bukan Langit Fisik

Ilsutrasi: Pexels
Ilsutrasi: Pexels
Langit pada kisah Isra' bukan merupakan langit fisik seperti "Tujuh Langit" dalam ungkapan al-Qur'an (QS.2:29). 

Sementara itu, ayat pertama pada QS.17:17 dan QS. 53: 13-18, menceritakan sekilas tentang Isra' dan Mi'raj dengan tidak menyebutkan tujuh langit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun