Alasan lain ia melanjutkan studi S2 Manajemen tak lain adalah studi S2 Saintek pada saat itu hanya tersedia kelas di pagi hari saja. Jadi jika ia mengambil jurusan Saintek, maka ia tak bisa lagi bekerja.
Meninggalkan keluarga di Surabaya tak menghentikan tekad Prof Sri untuk terus berkarya. Saat itu, ia harus menempuh perjalanan panjang mulai dari Solo, Jogja, dan Surabaya.
Ia menjadi angkatan pertama di Magister Manajemen UNS, Prof Sri harus menjalankan kuliah di dua tempat karena saat itu, magister UNS bekerja sama dengan UGM. Selain itu, ia juga mengajar di salah satu kampus di Solo.
Prof Sri mengatakan, "Saat itu saya bolak balik UNS-UGM dan juga bekerja. Jadi Senin sampai Jumat saya bekerja di Solo, lalu malam hari saya mengajar, kemudian Sabtu dan Minggu saya kuliah, kadang di Solo, kadang di Jogja."
Kondisi perusahaan yang chaos pada saat itu, Prof Sri memilih untuk mengundurkan diri dan mendirikan konsultan lingkungan hidup bermodal sertifikasi AMDAL.Â
Di awal menjadi konsultan, ia bekerja sendiri. Namun melihat pangsa pasar yang semakin ramai, akhirnya ia merekrut tiga anak buah dan mendirikan CV di Solo.
Ia menjadi konsultan selama tiga tahun. Setelah itu Prof Sri mengikuti sertifikasi bidang appraisal yang sudah ia jalankan selama satu tahun.
Kemudian pada tahun 2008, ia memutuskan untuk berhenti menjadi konsultan dan melanjutkan studi doktor di Unair bidang Ilmu Ekonomi.
"Di sini saya jobless. Namun saat kuliah ini saya memiliki banyak kenalan hingga bisa mengajar di beberapa kampus," ujarnya.
Mulai Berkarir di Umsida
Tahun 2009 menjadi langkah perdana Prof Sri berkarir di Magister Manajemen Umsida. Saat itu ia masih menjadi dosen luar biasa hingga ketika lulus sebagai doktor pada tahun 2012, ia mendapat tawaran sebagai dosen tetap Umsida.Â
Dan pada saat itu juga, Umsida baru saja membuka prodi Magister Manajemen.