Ketua prodi Fisioterapi itu mengatakan, "Jadi untuk orang tua para atlet sepatu roda, kami memberi ruang diskusi agar mereka bisa mendampingi anak-anaknya untuk menjadi atlet yang lebih baik."
Bertema Passion Meets Profession: Mengubah Prestasi Atlet Menjadi Peluang Karir, Â sharing session ini menghadirkan beberapa tamu seperti pengurus sekaligus pelatih klub sepatu roda silver dan faster, dan para wali atlet dari kedua klub tersebut.
Selain itu, hadir pula Ketua Perkumpulan Angkat Berat Seluruh Indonesia (Pabersi) sekaligus mahasiswa Fisioterapi Umsida yakni Abram Nathan SH.
Di kesempatan ini, Widi memaparkan tentang peran fisioterapi dalam mendukung karir atlet secara profesional.
"Banyaknya kasus yang dialami oleh para atlet saat ini adalah mereka merasa kebingungan terkait apa yang bisa mereka lakukan ketika sudah tidak menjadi atlet, karena mereka memiliki masa pensiun," ujar Widi.
Oleh karena itu, orang tua harus mengarahkan para atlet untuk tetap belajar secara formal, tak hanya dituntut untuk meraih prestasi sebagai atlet saja. Hal tersebut bertujuan agar mereka tetap bisa produktif ketika sudah berhenti menjadi atlet.
"Terlebih saat ini, sudah banyak institusi pendidikan formal yang membuka kesempatan belajar bagi para atlet," jelasnya.
Menurut Widi, ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang atlet bisa kehilangan karirnya, seperti:
- Usia, karena atlet biasanya berkiprah terbatas dengan usia tertentu
- Fisik, jika atlet kehilangan model utamanya (fisik), bisa membuat mereka pensiun dini
- Performa, karena atlet harus terus menjaga performa. Jika tidak mumpuni lagi, bisa saja ia memutuskan pensiun
- Tujuan pribadi, mungkin saja atlet itu memutuskan untuk fokus di bidang lain seperti keluarga atau pendidikan
Selain Widi, Abram Nathan yang juga mengisi sharing session ini menjelaskan tentang pentingnya dukungan orang tua dalam karir anak sebagai atlet.
Ia yang merupakan mantan atlet basket itu mengaku awalnya tak mendapat dukungan dari orang tuanya. Namun Abram bisa membuktikan hal tersebut.