Dalam rangka mendukung ketahanan pangan sekaligus pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan SDG's poin ke 2, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) M Abror ST MT, melalui program Hibah Riset Muhammadiyah Batch VIII Tahun 2024, menyelenggarakan pelatihan inovatif pemanfaatan pekarangan rumah pada Senin (30/12/2024).
Kegiatan ini melibatkan Pimpinan Ranting Aisyiyah Durungbedug sebagai mitra untuk memberdayakan masyarakat melalui bercocok tanam dengan pendekatan yang kreatif dan berkelanjutan. Pelatihan ini berfokus pada penanaman tanaman cabai, terong, dan tomat dengan memanfaatkan barang-barang bekas, seperti galon air mineral dan botol plastik.
Kegiatan yang berlangsung di Durungbedug ini dihadiri oleh anggota Pimpinan Ranting Aisyiyah dan masyarakat sekitar yang antusias belajar cara memaksimalkan pekarangan rumah mereka. Selain sebagai sarana edukasi, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya inovasi dan keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya lokal yang nantinya akan membawa manfaat cukup besar terutama ketahanan pangan rumah tangga.
Pemanfaatan Barang Bekas untuk Solusi Bertani di Lahan Terbatas
Salah satu poin utama dalam pelatihan ini adalah edukasi mengenai pemanfaatan barang bekas sebagai media tanam. Abror menyampaikan bahwa masyarakat tidak perlu memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam. Dengan kreativitas, pekarangan kecil pun bisa diubah menjadi kebun produktif.
Dalam paparannya, ia menjelaskan cara memanfaatkan galon lemineral bekas, botol plastik, dan ember yang sudah tidak terpakai sebagai pot tanaman. Hal ini tidak hanya membantu masyarakat memulai bercocok tanam dengan biaya rendah tetapi juga mengurangi limbah plastik yang sering kali mencemari lingkungan.
Setiap peserta mendapatkan bibit tanaman cabai, tomat, dan terong yang dapat langsung ditanam di pekarangan rumah masing-masing. Para peserta juga dibimbing untuk membuat media tanam yang baik dengan mencampurkan tanah, pupuk organik, dan sekam agar tanaman dapat tumbuh subur. Pelatihan ini menjadi bukti bahwa bertani di lahan terbatas dapat dilakukan dengan cara sederhana namun tetap menghasilkan.
Baca Juga: Dosen Umsida Jelaskan Sejarah Singkat Bulan Rajab dan Keistimewaannya
"Melalui pelatihan ini, kami ingin menunjukkan bahwa keterbatasan lahan bukanlah hambatan untuk bercocok tanam. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas, masyarakat tidak hanya bisa mendukung ketahanan pangan keluarga tetapi juga turut menjaga kelestarian lingkungan," ujarnya dalam sesi pelatihan.
Pendampingan Rutin untuk Keberlanjutan Hingga Masa Panen