Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamat Natal atau Tidak? Toleransi dalam Perspektif Islam

25 Desember 2024   15:06 Diperbarui: 25 Desember 2024   15:06 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yakin Anda pernah mendengar diskusi tentang ucapan Selamat Natal. Orang-orang sering mengatakan, "bahwa kita tidak seharusnya mengucapkan Selamat Natal kepada orang Kristen." lalu menyimpulkan bahwa kita tidak mendukung koeksistensi multikultural atau multiagama? Mari kita perjelas hal ini.

Natal dan Toleransi Muslim

Saat ini, kita berada di musim Natal, ketika di kawasan umum, seperti kawasan bisnis, di semua mall, pertokoan, terhiasi dengan berbagai dekorasi, lagu, dan budaya natal yang mendominasi lingkungan kita. Sebagai Muslim, kita perlu memahami posisi kita. Al-Qur'an mengajarkan kita untuk memiliki hubungan baik dengan tetangga Kristen kita, tetapi juga menolak konsep teologis tertentu, seperti menganggap Allah memiliki anak.

Ketika budaya dominan menyebar, ada tekanan untuk menyesuaikan diri. Anak-anak kita mungkin bertanya, "Kenapa kita tidak punya pohon Natal?" Ini bukan hanya soal pohon, ini adalah representasi dari budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kita harus menjelaskan dengan bijak kepada mereka mengapa kita tidak ikut merayakan sesuatu yang bertentangan dengan iman kita.

Baca juga: 975 Mahasiswa KKN-P Umsida Siapkan Diri untuk Mengabdi

Al-Qur'an sangat jelas dalam menentang penyekutuan Allah (syirik). Bahkan langit dan bumi hampir runtuh mendengar seseorang mengatakan Allah memiliki anak. Ini menunjukkan betapa seriusnya hal ini di mata Allah. Sebagai Muslim, kita tidak boleh meremehkannya, bahkan dengan alasan ingin bersikap ramah.

Namun, ini tidak berarti kita harus kasar. Kita bisa tetap baik kepada tetangga kita, mendoakan mereka, dan menjelaskan dengan sopan tentang keyakinan kita. Sebagai contoh, alih-alih mengucapkan "Selamat Natal", kita bisa mengatakan, "Semoga Anda menikmati liburan Anda bersama keluarga."

Sebagai Muslim, kita memiliki keunikan dan identitas sendiri. Merayakan budaya yang bertentangan dengan keyakinan kita bisa mengikis iman kita. Penting untuk mendidik anak-anak kita agar percaya diri dengan Islam dan memahami nilai-nilainya. Jangan sampai kita menjadi generasi yang kehilangan identitas hanya karena ingin meniru orang lain.

Kita juga harus memanfaatkan momen ini untuk menjelaskan kepada teman-teman non-Muslim kita tentang Islam dan pandangan kita tentang Yesus. Dengan cara yang hormat dan penuh kasih, kita bisa menyampaikan pesan yang benar, tanpa kompromi terhadap iman kita.

Baca juga: Jadi Guru Besar Perempuan Kedua Umsida, Dosen Ini Dalami Manajemen Rantai Pasok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun