Fira mengatakan bahwa scrolling konten media sosial bukanlah cara agar cepat tidur seperti yang kerap dilakukan generasi saat ini.
Justru dengan begitu, konten lebih mudah masuk ke alam bawa sadar, apalagi kebanyakan anak muda melakukan hal itu saat malam hari. Padahal di waktu tersebut, konten lebih mudah mempengaruhi cara berpikir seseorang.
"Jadi semakin kita scrolling konten itu, maka semakin sulit kita untuk tidur dan lalai akan waktu," jelas kaprodi Ilmu Komunikasi tersebut.
Pergeseran Cara Mengkonsumsi Informasi Di Media Digital
Dulu, kata Fira, seseorang mencari informasi sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun dengan fenomena ini, justru informasi lah yang datang ke orang tersebut.
"Mereka bukan sedang mencari sesuatu, melainkan hanya sekedar mengisi waktu. Akhirnya terlalu banyak informasi yang diterima bersifat acak yang membuat otak menjadi sulit mencernanya," ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa arus komunikasi yang harusnya berawal dari komunikator (pemberi informasi) yang membuat pesan melalui media kepada komunikan (penerima informasi).Â
Sedangkan di fenomena brainrot ini, komunikator bersifat anonim dan pesan yang diterima bersifat acak. Â Akhirnya proses komunikasi berantakan dan tidak terarah.
Cara Mengatasi Brainrot
Ternyata, brainrot ini masih bisa diatasi. Menurut Fira, fenomena ini bisa dicegah menggunakan kontrol diri.
Yang pertama yakni dengan mengatur waktu antara scrolling time dan kapan gadget itu harus ditaruh. Ia memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya, seperti memisahkan aplikasi  media sosial yang rentan menimbulkan kecanduan dan menyembunyikan notifikasi.
Yang kedua yakni mematuhi peringatan jam tidur pada gadget. Biasanya, gadget memiliki fitur sebagai pengingat istirahat, Â hal itu harus dipatuhi. Dan yang ketiga adalah tahu waktu. Â
Lihat juga: Benarkan Gen Z Sulit Mengatur Keuangan?