Ia menjelaskan beberapa cara untuk menerapkan pola asuh tersebut. Yang pertama dengan tidak bersikap sombong dan tinggi hati kepada anak-anak. Orang tua yang cenderung selalu mengatur, adalah hal yang tidak mencerminkan kasih sayang.
"Jika sudah terjadi, maka anak akan mudah menyimpulkan bahwa ia tidak disayang ortunya karena tidak memiliki ruang," tutur Dr Eko.
Kedua, imbuhnya, cara orang tua berbicara juga mempengaruhi. Menginjeksi pikiran anak harus melalui komunikasi yang mencerminkan kasih sayang, salah satunya berbicara dengan santun, tidak merendahkan, mengejek, atau lainnya. Tapi memberikan komunikasi yang bisa melindungi mereka.
Apa Dorongan Anak Bunuh Ayah dan Nenek?
Selain menyoroti tentang kasih sayang, Dr Eko juga menjelaskan tentang beberapa hal yang menjadi penyebab anak bunuh ayah dan nenek tersebut.
Menurutnya, semua perilaku pada dasarnya sudah dipelajari oleh seseorang, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.Â
"Jadi dari kasus anak bunuh ayah dan nenek itu sudah pernah ia pelajari sebelumnya. Tinggal apa yang mendorong anak tersebut untuk mengeksekusi apa yang dipelajari itu," katanya.
Pola Pikir
Tentunya, dorongan atau sikap-sikap yang negatif itu terjadi karena adanya sebuah pola pikir yang keliru. Pola pikir tersebut  tidak mencerminkan adanya kasih sayang di keluarganya.Â
Ia menjelaskan, "Dari kurangnya kasih sayang tersebut, akan membuat tersangka menyalahkan kondisi eksternal, termasuk menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang telah diperbuat,".Â
Dr Eko berkata bahwa pada dasarnya manusia itu tidak ingin situasi tidak menyenangkan itu bertahan lama, jadi ia memiliki mekanisme untuk keluar dari ketidaknyamanan itu.
Distorsi Berpikir
Anak bunuh ayah dan nenek tersebut mungkin saja mengalami distorsi berpikir karena mengalami peristiwa buruk yang berulang. Ia akan meyakini bahwa Allah dan orang tuanya tidak memiliki kasih sayang sehingga muncul rasa benci di dalam dirinya.