"Untuk memberikan pertanyaan kepada paslon, kita memberikan deskripsi terlebih dahulu baru memberikan pertanyaan. Nah, dalam deskripsi inilah tidak boleh ada kata-kata yang cenderung menyudutkan dan mengkritisi," ujar ibu tiga anak tersebut.
Selain itu, menyusun pertanyaan juga mengharuskannya mengorbankan banyak waktu untuk melakukan riset. Ia juga harus membaca pertanyaan yang telah dibuat berkali-kali karena saat pembacaan pertanyaan terdapat batas waktu tertentu.
Menjadi salah satu bagian krusial dalam menjalankan pesta demokrasi kota Mojokerto, Dr Dian mengaku senang karena bisa merasakan euforia debat secara langsung.
Walaupun ia menyayangkan satu hal karena salah satu paslon menyatakan mundur dari debat lantaran dalam peraturan tidak diperbolehkan bagi paslon untuk membawa catatan.
Dr Dian mengungkapkan, "Walaupun peran kita tidak begitu dominan, tapi dengan turut merumuskan pertanyaan untuk paslon merupakan hal yang amazing. Apalagi saya bertemu orang-orang yang berpengalaman menjadi panelis,".
Lihat juga: Pemberlakuan Izin Cuti Kampanye untuk Anggota DPRD, Efektif Kah?
Menurut Dr Dian, kesempatan ini merupakan salah satu bentuk kepercayaan KPU kota Mojokerto kepadanya untuk turut mengambil peran dalam pesta demokrasi kota onde-onde itu.
Penulis: Romadhona S. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H