Namun, dalam konteks ini, Islam memiliki pandangannya sendiri. Dalam Islam, antara indera dan akal memiliki fungsi masing-masing yang keduanya tidak bisa dipisahkan bahkan diperhadap-hadapkan karena keduanya saling melengkapi. Namun tidak hanya berhenti disini, masih ada kelanjutannya.Â
Akal Manusia Dalam Al Quran
Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang mendorong manusia untuk menggunakan akal (misalnya, dalam QS Yunus: 100, Al-Ankabut: 43). Akal dianggap sebagai sarana bagi manusia untuk memahami kebesaran Allah dan beriman kepada-Nya.Â
Akal manusia dianggap sebagai salah satu anugerah terbesar yang Allah, sebagai pencipta segala sesuatu, anugerahkan kepada manusia.Â
Disinilah letak krusial antara Islam dengan kaum atheis yang meyakini kebenaran empirisme dan atau rasionalisme secara mutlak, bahkan dijadikan sebagai sumber pengetahuan.Â
Keyakinan Ini membatasi "dunia" atheis hanya pada ranah duniawi. Islam mengarahkan manusia bahwa indera dan akal hanya berfungsi sebagai sarana, bukan tujuan atau pun sumber dari kebenaran.Â
Meski akal memiliki kemampuan besar, dalam Islam diyakini bahwa akal memiliki keterbatasan dan memerlukan wahyu untuk mencapai pemahaman yang benar tentang hal-hal ghaib atau yang metafisik.Â
Dalam hal ini, di dalam Al Quran surat Al Alaq disebutkan bahwa Indera dan akal manusia menjadi mekanisme untuk melakukan "Iqra" yakni pembacaan atau observasi atas realitas dan juga melakukan analisis darinya yang kemudian digunakan untuk menyingkap, mengungkap tabir dari Realitas sebenarnya yakni Allah SWT.Â
Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini sangat tergantung eksistensinya kepada Allah SWT. Iqra ini juga selanjutnya digunakan oleh orang beriman untuk untuk memahami ajaran agama, mengenal tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, dan membedakan kebaikan dari keburukan.Â
Salah satu aspek yang kemudian ditekankan oleh Islam adalah kaitannya dengan hati (Qalbu). Dalam Islam, akal sering kali tidak dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dari hati atau qalbu.Â
Qalbu inilah yang menjadi sarana spiritualitas Islam. Banyak ayat dalam Al-Qur'an menyebutkan fungsi hati yang "memahami" (lihat QS Al-Hajj: 46), yang menunjukkan bahwa akal dan hati memiliki hubungan erat dalam memahami dan menerima kebenaran yang sejati, Allah SWT.Â
Penggunaan akal untuk merenungkan alam semesta, hukum-hukum Allah, dan ajaran Islam dianggap sebagai bentuk ibadah. Al-Qur'an secara berulang-ulang mendorong manusia untuk berpikir dan merenung sebagai sarana untuk memahami kebesaran Allah (lihat QS Yunus: 100 dan Al-Baqarah: 164).