"Untuk menyelaraskan konten-konten yang ada di media sosial Umsida, kami memerlukan peran berbagai pihak mengingat Umsida sendiri terdiri dari berbagai banyak komponen," terang Dr Nur.
Oleh karena itu, ujarnya, para content creator dari berbagai komponen ini bisa berkolaborasi dengan pihak Sekretariat Universitas untuk membranding Umsida.
Menurutnya, para content creator tidak harus membuat konten yang berat dan kaku untuk mengenalkan di media sosial. Sebaliknya, ia menyarankan agar para content creator bisa membuat konten yang relevan dan menghibur karena itu lebih mudah dilirik audiens.
Dr Nur menjelaskan, "Misalnya konten mendidik namun terdapat sisi humornya, itu akan lebih menarik. Boleh kalian membuat konten formal, tapi cukup sesekali saja. Yang perlu kita buat adalah konten yang sekreatif mungkin, yang bisa menimbulkan efek positif bagi universitas,".Â
Ia berpesan agar jangan sampai para content creator membuat konten yang berisi pesan negatif dan tidak sesuai dengan visi Umsida.Â
Ada beberapa materi yang disampaikan kepada para peserta workshop. Yang pertama terkait semiotika Roland Barthes oleh kepala Sekretariat Universitas (SU), Dr Kuamaja Adji Kusuma.Â
Ia menyambungkan teori tersebut dengan jenis konten yang bisa menjadi referensi konten atau desain yang bisa dibuat.Â
Setelah itu kegiatan berlanjut oleh Denny Adi Candra SIKom yang menjelaskan tentang strategi kreatif dalam membuat konten untuk branding kampus.Â
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam membuat konten kreatif seperti konsistensi branding dan kepastian arah suatu konten
Rangkaian kegiatan berlanjut pada sesi berbagi tentang pengalaman tentang content creator Umsida dan cara mengembangkan media sosial universitas yang dipandu oleh Alfaro M Recoba MIKom.
Di sesi ini para peserta bebas untuk mengutarakan kendala mereka saat membuat konten di media sosial yang akan didiskusikan bersama-sama terkait solusi masalah tersebut.